Coba tebak apa yang dilakukan oleh para guru saat liburan kenaikan kelas atau kelulusan siswa-siswa mereka berlangsung? Rekreasi, jalan-jalan, atau tidur sepuasnya? Iya juga sih hanya saja itu agenda terakhir setelah mereka menyelesaikan rancangan program materi pengajaran yang akan diberikan pada para anak didik setahun ke depan alias Progta. Begitulah yang dikerjakan oleh guru-guru Homeschooling Kak Seto (HSKS) Jatibening dalam Rapat Kerja (Raker) pada 2 – 6 Juli 2013 lalu di kampus Rumah Belajar Persada (RBP) yang berlokasi di Tamansari Persada Raya, Jatibening Baru, Bekasi.
Progta berikutnya akan dijabarkan lagi menjadi Program Semester, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan selanjutnya setiap pengajar diwajibkan membuat rencana pengajaran harian (lesson plan) hingga saat akan mengajar, mereka telah mempunyai semacam pedoman tentang materi yang akan ditransfer pada siswa dalam porsi waktu maupun bobot yang pas. Ritmenya tak terlalu lamban namun tidak ngebut juga disesuaikan dengan kondisi anak didik saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Menilik ‘berat’nya pokok bahasan, maka terbayang wajah-wajah serius menekuk ke arah laptop dengan tangan sibuk corat-coret di buku catatan dalam suasana yang nyaris hening sempurna. Tapi nyatanya yaa tidak begitu-begitu amat, soalnya mereka masih sempat makan rujak buah dan ‘piknik’ sambil menyelesaikan tugas-tugas mereka di ruang rapat...
Raker guru-guru HSKS Jatibening, yang notabene mengupas asupan kecerdasan intelektual maupun emosional para homeschooler level SD – SMA selama setahun ke depan itu, berlangsung dalam atmosfir yang moderat. Meski penuh kesungguhan namun canda-tawa plus iringan musik favorit tetap mewarnai diskusi-diskusi mereka. Tema besar yang diusung untuk Progta adalah Indonesiaku lalu dirinci lebih lanjut menjadi subtema ‘Wilayahku’ untuk SD, ‘Tanah Airku’ untuk SMP, dan ‘Menyelami Negeriku’ untuk SMA. Penentuan tema yang berlangsung dalam suasana demokratis di bawah pengarahan Manajer Pendidikan & Pembekalan Guru HSKS Jatibening, Wina Yunitasari,SPd.; dilakukan pada Hari pertama Raker. Di hari yang sama, mereka juga menyelesaikan rancangan kegiatan besar Tahun Ajaran 2013-2014 yang diawali kegiatan masa orientasi siswa (MOS) SD dan SMP pada 15-16 Juli 2013. Selanjutnya ada rangkaian aktifitas tematik seperti buka bersama, perayaan HUT RI, outing (karyawisata keluar kampus), gelar permainan tradisional, parents meeting di akhir tiap semester plus pembagian raport, kemping tahunan, dan puncaknya Pensi kelulusan angkatan IV HSKS Jatibening pada pertengahan 2014 mendatang.
Hari kedua membahas pengejawantahan subtema SD ke dalam bentuk rancangan pengajaran global semua bidang studi dimana tim guru dibagi dalam dua kelompok, yakni Kelompok A yang menangani materi pelajaran kelas 1-3 SD dan Kelompok B yang bertanggungjawab untuk materi kelas 4-6 SD. Setelah beberapa saat berlangsung diskusi kelompok, terlihat perbedaan aura dari keduanya. Kelompok A yang lesehan di sisi kanan ruang rapat terdengar begitu ‘meriah’ dengan celoteh dan tawa.Sementara teman-teman mereka yang menempati sisi kiri menggunakan modus nyaris sunyi senyap. Hal itu ternyata merupakan unsur kesengajaan,”Anak-anak kelas 1-3 SD memang memerlukan tipikal guru yang lebih ceria dan penyabar karena diasumsikan bahwa para pelajar level tersebut masih belum tahu apa-apa, jadi akan lebih nyaman bagi mereka untuk menyerap ilmu dengan pendidik berkarakter demikian.” Papar Wina yang memang mengatur sendiri pembagian kelompok.
Namun terlepas dari kenyataan itu, rencana membahas materi SD dalam sehari ternyata molor sampai ke hari berikutnya. Selain materi dasar yang memang lumayan berat, para guru rupanya belum‘ngeh’ betul dengan sistem mind mapping yang diterapkan Wina dalam menyusun rencana pengajaran. Secara sederhana mind mapping adalah cara memetakan pikiran-pikiran kita secara tergambar atau kasat mata dengan menggunakan gambar dan warna. Maka jangan heran kalau produk awal Raker adalah skema warna-warni dengan ikon-ikon yang sekilas terkesan kekanakan.
Dengan mind map, setiap potong informasi baru yang kita masukan ke otak kita otomatis dikaitkan ke semua informasi yang sudah ada di sana. Semakin banyak ingatan yang melekat pada setiap potong informasi dalam kepala kita, akan semakin mudah kita mengaitkan ke luar. Wina menekankan starting point materi pengajaran adalah diri sendiri, artinya para siswa dibimbing untuk mengenali diri masing-masing lalu perlahan diarahkan pada berbagai link yang saling berkait dengan diri mereka dari mulai keluarga sampai skala masyarakat yang lebih luas. Link-link ini nantinya akan menjurus pada mata pelajaran seperti Agama, IPA, IPS, dan seterusnya.
Kelompok A memimpin dalam kecepatan menyelesaikan bagan mind mapping mereka, sementara Kelompok B memerlukan beberapa kali berkonsultasi pada Wina sebelum akhirnya menjelang tengah hari gelak tawa mereka memenuhi ruang Raker menandingi rekan-rekan mereka. Fyuuuuh, ikut lega rasanya menyaksikan itu. Tekanan karena kekurang-pahaman sudah mulai terangkat hingga mereka lebih bebas mengekspresikan gagasan dan pemikiran untuk dituangkan dalam rancangan.
“Sebenarnya saat saya menjalani Raker di sekolah terdahulu, perlu waktu seminggu untuk menyelesaikan materi SD, namun sekarang ini para guru HSKS Jatibening sudah harus bisa menyelesaikan rancangan global dari SD-SMA selama lima hari Raker ini.”Tutur Wina yang selepas break Zuhur memesan lima porsi rujak buah untuk menyemangati pasukannya itu,”Tentu saya sudah memperingatkan mereka sejak awal bahwa kita akan ngebut agar waktu libur bisa termanfaatkan secara proporsional sekaligus sebisa mungkin menjaga atau bahkan meningkatkan kualitas mengajar mereka saat bertugas nanti.”
Pokoknya tak ada alasan ‘mati gaya’ karena kehabisan bahan mengajar saat berada di kelas kelak. Garis besar untuk semua bidang studi diharapkan sudah terbentuk dalam Raker dan selanjutnya pekerjaan rumah setiap guru adalah menyusun detil untuk tiap satuan jam pengajarannya. Hari kedua Raker berlangsung hingga lepas Magrib dengan sisa tugas menyusun rancangan materi SD yang akan dirampungkan keesokan harinya.
Seusai sarapan nasi goreng spesial, Raker hari ketiga pun dimulai. Wina mendeskripsikan tugas hari itu yang intinya rancangan materi SD harus tuntas pukul 11.00 Wib dan akan langsung dilanjut dengan mind mapping program SMP yang harus diselesaikan hari ini juga agar mereka bisa lanjut ke materi SMA esok harinya.
Kali ini gaya lesehan mereka lebih ‘niat’. Tikar-tikar plastik, stok cemilan (“kan mau puasa, jadi mending dihabisin sekarang.”) semua diangkut dari lantai bawah bersama buku-buku paket bidang studi. Berasa piknik banget ! Apalagi saat ada pak guru yang iseng mencontek gaya pedagang asongan dalam bis sembari duduk di tikar,” Tahu Sumedang ! Tahu-nya, buuu....yaa minuman dinginnya, permen, tisu..”
Setelah beberapa kali pengarahan dan konsultasi yang diberikan Wina pada diskusi kedua kelompok, akhirnya mindmapping SD berikut turunannya dapat diselesaikan. Usai jeda makan siang dan shalat Zuhur, terjadi perombakan kelompok untuk penggodokan materi pengajaran SMP. Dibanding hari sebelumnya, Raker relatif berjalan lebih mulus dengan tempo yang lebih cepat apalagi ada asupan penyemangat dari Wina berupa tawaran main bareng bila mereka berhasil merampungkan tugas-tugas Raker lebih cepat pada hari terakhir.Yupz, merancang materi kegiatan belajar-mengajar ternyata tak mesti diwarnai ekspresi tegang melulu, tetap serius tapi santai ...