ketika gemuruh peluru hendak luruh di depanmu
Kau masih menyungging senyum
membisikkan selintas kata yang tak berupa huruf atau fonem
mungkin sebuah simbol atau entah apa namanya
Denting seperti melodi menyayat hati
hendak memainkan tembang lawas nan mencekam
di gersang kesucian
nada-nada tinggi yang memekakkan
memutus setiap ujaran mengiba
doa-doamu berhamburan
ketika timpuh genangan darah
Selaksa tanya kami
apa? mengapa? dan ungkapan keputusasaan
taklama lalu sirna
dan bocah-bocah riang
bergerombol
ratusan
jutaan
Kutajamkan pandang dari kejauhan
mengernyitkan jidat
memangku heran nan berkelindan
sayangnya aku tak paham
Karena hanya seru
dan desing peluru
makin mendekati
punggung-punggung kami