Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Ketika Patah Pena

3 Agustus 2020   06:50 Diperbarui: 3 Agustus 2020   07:33 99 11

Di,
Pagi berselimut dingin
Batin merasakan sakit saki
Tersayat luka celoteh yang tak kunjung mereda

Kata bijak sebatas lembaran lusuh
Tidak lagi menunjuk kedewasaan
Lidah selalu memutar balik fakta
Sudut bibir tersenyum hanya sebagai kedok saja

Ketika aku patah pena
Dan aksara tak lagi bisa tertata
Akhir mengelus dada menghela panjang
Berlirih, begitu teganya mendustai ketulusan ini

Di,
Pagi pada secangkir kopi
Antara mentari yang menyinari bumi
Dalam rekih badan mendoakan semoga tak ada lagi ucap comberan pemecah NKRI

Surabaya, 3 Agustus 2020




KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun