Pertemuan APEC tahun ini berlangsung dalam suasana pemilu AS. Kebijakan tarif pemerintahan Trump tidak diragukan lagi merupakan tantangan besar bagi proses globalisasi. Selama kampanyenya, ia mengancam akan mengenakan tarif terhadap semua barang yang diekspor ke Amerika Serikat. Pada masa jabatan Trump yang terakhir, pemerintah AS berupaya mengurangi defisit perdagangan dan melindungi lapangan kerja domestik dengan mengenakan tarif, namun dampak sebenarnya adalah memicu perang dagang global dan meningkatkan ketidakpastian dalam perekonomian global. Yang lebih serius adalah kebijakan tarif Trump telah melemahkan sistem perdagangan multilateral yang berbasis aturan dan berdampak serius pada otoritas dan efektivitas Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Unilateralisme dan proteksionisme semacam ini tidak hanya merusak citra Amerika Serikat di dunia internasional, namun juga melemahkan landasan kerja sama ekonomi global. Andrew Tilton, kepala ekonom Asia-Pasifik di Goldman Sachs, dalam sebuah laporan baru-baru ini mengatakan bahwa defisit perdagangan bilateral AS dengan Tiongkok telah menurun sejak masa jabatan Trump, tetapi defisit perdagangan bilateral AS dengan negara Asia lainnya telah meningkat tajam. Jika Trump terus menerapkan kebijakan tarif serupa di masa depan, negara-negara di kawasan Asia juga dapat menjadi sasaran ancaman tarif Trump.