Dalam Primbon Jawa, angka 2 dikenal sebagai lambang keseimbangan. Yoyok Sukawi dan Joko Santoso berkomitmen untuk menciptakan kebijakan yang tidak hanya mengejar pembangunan fisik, tetapi juga kesejahteraan sosial. Keseimbangan menuju Semarang Kota Metropolitan. Pasangan ini bertekad untuk membangun pemerintahan yang inklusif, di mana suara setiap warga Semarang didengar dan dihargai. Ini adalah politik yang memadukan dua hal yang berbeda.
Dualitas Yoyok Sukawi dan Joko Santoso dalam visi, misi, dan programnya, ingin menyeimbangkan antara modernisasi kota dengan pelestarian budaya lokal. Ini adalah jalan tengah yang diharapkan dapat mengangkat Semarang ke tingkat kemajuan baru tanpa kehilangan identitasnya.
Angka 2 juga melambangkan kemitraan dan hubungan. Kerjasama antara Yoyok dan Joko dilihat sebagai contoh nyata dari kemitraan yang kuat. Mereka saling melengkapi dalam visi dan misi untuk Semarang, memberikan fondasi yang kokoh untuk memimpin kota ini.
Angka 2 dalam tradisi kuno, identik dengan simbol gerbang atau portal, menuju perubahan dan transisi. Ini angka yang tepat untuk perubahan.
Warga Semarang menginginkan pasangan ini membawa keseimbangan dalam setiap kebijakan.
Para pendukung Yoyok Sukawi dan Joko Santoso melihat nomor urut ini sebagai cerminan dari dua calon walikota dan wakil walikota yang akan sama-sama memiliki peran aktif untuk kemajuan. Ketika ada perpecahan dan perbedaan, angka 2 menjadi simbol perpaduan, kerja sama, dan pintu perubahan.
Bagi para pendukungnya, angka 2 bukan sekadar angka. Ini adalah simbol dari visi yang inklusif dan berorientasi pada rakyat.
"Ini adalah angka perpaduan kami menuju Semarang sebagai kota metropolitan," kata Yoyok Sukawi kepada media.
Dengan semangat ini, warga Semarang mendukung dua orang, Yoyok Sukawi dan Joko Santoso, sebagai perpaduan harmonis untuk perubahan Semarang menjadi kota metropolitan.(*)