Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Candi Cetho (2)

14 Juli 2012   14:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:57 1117 1

Petilasan Bertapa Prabu Brawijaya V

Aura Candi Cetho, terasa begitu menikam. Dupa dan bunga-bunga bekas sesaji ritual sangat mudah ditemui di setiap arca. Hembusan angin pegunungan yang lembut dan kabut sering muncul, mampu membius rasa setiap pengunjung. Maka, berada di Candi Cetho seperti berada di sebuah alam kuno zaman Raja-raja.

Candi berlatar Hindu itu disebut Cetho yang berarti jelas. Pasalnya, Candi Cetho yang berada di ketinggian 1500 di atas permukaan laut, membuatnya sangat jelas terlihat dari kejauhan. Dari komplek candi itu, perbukitan hijau dan hamparan kebun teh di kaki Gunung Lawu dengan deretan rumah-rumah penduduk tampak samar-samar. Namun bila kabut turun, pemandangan di seputar lereng Gunung Lawu menjadi gelap. Cuaca berubah lebih dingin. Dan, jika sudah begitu, Candi Cetho seakan menjadi satu-satunya tempat berlindung dari kegelapan yang dingin.

Di setiap arca yang ada, selalu didapati dupa dan kembang yang masih segar. Apakah setiap hari selalu ada orang yang bertirakat di sana? Memang, Candi Cetho masih digunakan sebagai tempat persembahyangan umat Hindu. Tak heran, suasana mistis di candi itu masih sangat kental. Maka, candi itu pun sebenarnya lebih tampak sebagai tempat persembahyangan daripada obyek wisata.

Masyarakat setempat meyakini, Candi Cetho merupakan maha karya Prabu Brawijaya V. Konon, Prabu Brawijaya V membangun Candi Sukuh dan Candi Cetho sebagai tempat pertapaan atau meditasi untuk mencari ketenangan, ketika hendak menghindari perang saudara di Majapahit.

Bermula dari kepercayaan, bahwa Candi Cetho merupakan petilasan pertapaan Prabu Brawijaya V, Candi Cetho lalu juga menjadi tempat yang sering digunakan orang untuk laku tirakat. Candi Cetho, menjadi titik pemberhentian sementara sebelum pelaku tirakat menuju puncak Gunung Lawu, tempat muksa Prabu Brawijaya V.

Sebagai obyek wisata yang unik, pengunjung yang datang ke Candi Cetho tak hanya wisatawan domestik. Wisatawan dari negara asing seperti Jerman, Perancis dan Belanda bahakn sering berkunjung untuk melakukan meditasi di Candi Cetho. Mereka menginap beberapa hari guna melakukan yoga, semedi atau sekedar menyepi. Mereka yakin, Candi Cetho adalah tempat paling tepat untuk menyerap energi kosmik yang beredar di seluruh jagat. Energi yang tidak kasat mata itu diperlukan untuk memperoleh kekuatan dan keseimbangan dalam kehidupan. Bila melihat situasi dan suasana di Candi Cetho yang jauh dari perkampungan, dan keberadaannya di lereng Gunung Lawu, serta berbagai sesaji di setiap arca yang ada, Candi Cetho memang menawarkan sebuah ketenangan yang sarat energi gaib.

Kesakralan Candi Cetho bukan hanya disebabkan oleh mitosnya di masa lalu. Namun, karena Candi Cetho sampai kini masih difungsikan sebagai Pura. Jika dicermati, bentuk bangunan Candi Cetho memang lebih mirip bangunan Pura Hindu yang terdapat di Bali. Sementara itu sebagai tempat tirakat, Candi Cetho paling banyak dikunjungi pada hari Selasa Kliwon.

Setiap malam Selasa Kliwon, pelaku tirakat berdatangan dari berbagai daerah seperti Mojokerto, Malang, Surabaya dan kota-kota lain di Jawa Timur. Pelaku tirakat biasanya datang menginap satu hari satu malam, dan memilih tempat di pendopo joglo yang terbuat dari kayu dan sirap. Dua bangunan pendopo joglo yang agak luas itu juga menjadi tempat dilangsungkannya berbagai upacara keagamaan umat Hindu.

Sementara, berbagai laku doa permohonan dilakukan di hapadan Arca Pallus dan Arca Sabdopalon dan Noyogenggong, serta junjungan kedua abdi tersebut, Arca Prabu Brawijaya V. Laku doa permohonan itu juga dilakukan di altar Tuhan Yang Maha Esa, di puncak candi tersebut yang berbentuk seperti tempat pemujaan zaman purba, punden berundak.

Jika Anda menjumpai beberapa orang yang menginap beberapa hari di Candi Cetho dengan perbekalan yang minim, merekalah pelaku tirakat yang sedang laku prihatin. Candi Cetho merupakan tempat tirakat yang harus disinggahi, sebelum menuju puncak Gunung Lawu dan bertemu dengan pepundhen agung, Prabu Brawijaya V. to be continued..http://kyaisengkelat.blogspot.com/

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun