Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Quovadis Transportasi Publik Tanah Air

10 Desember 2023   10:20 Diperbarui: 10 Desember 2023   11:31 70 0
Pemerintah kita selalu mendengung-dengungkan kita negara Pancasila yg lebih baik dari ideologi manapun. Tapi bagaimana prakteknya?!Saat ini masalah yg terjadi merata disemua wilayah tanah air adalah masalah transportasi publik. Saat ini sistem yang diterapkan adalah Pemerintah daerah mendapatkan uang dari izin trayek yang diberikan pada pemilik kendaraan umum. Lalu pemilik kendaraan umum menyewakan mobilnya pada sopir dengan menetapkan uang setoran harian. Sopir lalu mencari penumpang untuk membayar uang setoran dan BBM sisanya baru dibawa pulang. Situasi ini akhirnya membuat sopir sering ngetem (karena penumpangmya sepi) dan membawa ugal-ugalan (supaya cepat sampai tujuan).

Akhirnya penumpang yangg mapan lebih memilih beli mobil sementara kaum kebanyakan menyicil motor, yang menyebabkan penumpang angkutan umum makin sepi. Pendapatan yangg menurun membuat sopir mulai berhenti bawa penumpang beralih keprofesi lain. Pemilik kendaraan pun enggan memperbaharui kendaraannya atau akhirnya bangkrut.

Akhirnya inilah yang terjadi disemua provinsi, setiap kota setiap kabupaten, transportasi publik sudah lama mati, kalaupun ada seperti hidup segan mati tak mau bergantikan dengan setiap rumah yang  memiliki kendaraan pribadi ( mobil atau sepeda motor), sebagian dari  mereka memiliki kendaraan itu dengan sistem kredit.

Padahal perhitungan UMR tidak memasukkan kredit motor sebagai komponen penyusunnya tapi karena “terpaksa” tidak ada pilihan mereka menyicil sepeda motor yang membuat biaya hidup jadi tinggi, pun perlu diingat masih banyak pekerja kita yg penghasilannya dibawah UMR.  Disuatu sisi saat ini anak-anak sekolah pun terpaksa membawa motor  ke sekolah.

Data kepolisian menunjukkan tahun 2022 terjadi 123 ribu kecelakaan lalu lintas dengan trend kenaikan 20% tiap tahunnya dimana 70 % disumbang oleh sepeda motor. Dari kecelakaan sepeda motor tersebut 80% bersifat fatal. Artinya jalan raya adalah killing field atau bisa disebut tempat genocida baru dinegara ini.

Apesnya dari tiga capres kita hanya satu capres yg memperjuangan pembangunan transportasi publik di dalam misinya. Artinya ada peluang 67 persen kondisi ini tidak berubah.

Padahal negara kapitalis sekalipun membebankan pengadaan transportasi publiknya pada negara dan mensubsidi ongkosnya. Kita sebaliknya. Jadi pada situasi ini mana yang lebih pancasilais?!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun