Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Cara Mudah Mendeteksi Gelar Palsu

25 Mei 2015   08:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:38 621 0

Maraknya berita tentang praktek ijasah palsu dan ijasah asli tapi palsu (Aspal) menimbulkan pertanyaan seberapa sulitkah untuk mendeteksinya?

Pendeteksian ijasah palsu lebih mudah jika dibandingkan dengan Aspal.Pada kasus ijasah palsu pihak berwenang dapat mencocokkan ke universitas aslinya, namun demikian pendeteksian ijasah Aspal agar rumit karena memang ada kerjasama yang baik dari pihak pemberi ijasah dengan penerima ijasah untuk saling melindungi, sehingga diperlukan cara lain untuk mendeteksinya (baca juga tulisan ini)

Universitas yang kompeten akan mengeluarkan ijasah dengan menyembunyikan kode kode tertentu di ijasahnya yang hanya pihak universitas aslinya saja yang mengetahuinya.Disamping itu universitas tertentu mencetak ijasahnya dengan kertas tertentu yang jika dilihat di bawah sinar ultra violet akan mengeluarkan warna dan kode tertentu yang tidak terlihat jika dilihat hanya dengan mata biasa.

Untuk melakukan penyelidikan awal adanya institusi yang “diduga” melakukan jual beli ijasah maupun perorangan yang “diduga” memiliki ijasah tanpa melalui prosedur yang benar relatif mudah.Berikut adalah cara mudah pendeteksian tahap awal:

Dari sisi penyedia gelar

  • Jika ada institusi yang menawarkan gelar Professor atau Profesor Kehormatan, sudah dapat dipastikan bahwa institusi tersebut patut “diduga” melakukan prektek jual beli gelar. Profesor itu bukan gelar akademik melainkan jabatan akademik yang diperoleh oleh seseorang  melalui pengalaman dan prestasi kerja. Gelar Profesor tidak dapat diperoleh melalui kuliah. Di Indonesia yang mengeluarkan jabatan Professor adalah Kementerian Pendidikan bukan universitas.Pihak universitas hanya pada posisi mengusulkan seseorang untuk mendapatkan jabatan Profesor saja.
  • Jika ada institusi yang menawarkan gelar Doktor Kehormatan atau Doctor Honoris Causa, berarti institusi tersebut patut “diduga” melakukan praktek juar beli gelar.Mengapa? Doktor Honoris Causa dikeluarkan oleh universitas atas dasar prestasi luar biasa yang ditunjukkan seseorang dalam memberikan manfaat besar kepada masyarakat luas dan universitas atas karya dan usahanya. Jadi Doktor Honoris Causa tidak diperoleh melalui kuliah. Universitas yang bermutu sangat jarang memberikan  gelar doctor kehormatan ini.Dalam satu tahun umumnya universitas rata-rata hanya mengeluarkan maksimal 3 gelar Doktor Honoris Causa ini.
  • Jika ada institusi pendidikan yang mengiklankan programnya seperti pedagang kaki lima dengan membanting harga perkuliahan, menawarkan kemudahan yang luar biasa bagi mahasiswanya sehingga terkesan kuliah itu sangat mudah dan adanya jaminan pasti lulus, memiliki kampus dan staf yang tidak representatif , maka patut “diduga” institusi tersebut tidak melaksanakan pendidikan sesuai dengan yang disyaratkan oleh kementerian pendidikan.Dengan sistem akreditasi yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan mestinya institusi pendidikan yang terakreditasi memiliki persayararan minimal yang harus dipenuhi baik dari segi sumberdaya manusianya dan fasilitas pendidikan. Silahkan cek status akreditasinya di sini.

Dari sisi orang yang memiliki gelar

  • Jika ada orang yang gemar menjejerkan  gelarnya secara berlebihan misalnya gelar master dan doktornya sampai lebih dari dua seperti menjemur ikan asin maka patut dipertanyakan.Sebab untuk mendapatkan gelar yang maksimal saja diperlukan waktu yang sangat lama.Sebagai patokan untuk mendapatkan gelar S2, S2 dan S3 diperlukan waktu minimal (4+2+3) = 9 tahun, sedangkan kalau untuk mencapai jabatan akademik Professor diperlukan waktu yang lebih lama lagi karena harus mengumpulkan kredit poin dalam bidang penelitian, pendidikan dan pengabdian kepada Masyarakat.  Kalaupun orang tersebut super jenius biasanya satu gelar doktor sudah cukup selebihnya kepandaiannya akan dituangkan dalam karya ilmiah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional.  melalui cara ini reputasi ilmiahnya akan diakui oleh dunia internasional.
  • Sebaliknya juga demikian, jika seseorang minder tidak pernah mau ataupun menghindar ketika diajak berbicara tentang gelar nya apalagi gelar master dan doktornya, maka patut dicugai.Pastilah  seseorang ada sedikit  merasakan kebanggaan dengan gelar yang telah diperolehnya dengan susah payah sekalipun orang tersebut sangat rendah hati tidak mau pamer gelar.
  • Jika seseorang mengaku memiliki gelar master apalagi doktor dengan cara yang benar maka umumnya mereka sudah memiliki publikasi ilmiah minimal di jurnal ilmiah nasional dan ada juga yang mempublikasikannya di jurnal Internasional.Semua jurnal ini umumnya dapat diakses lewat internet.Jika seseorang mengaku memperoleh gelar doktor dan tidak memiliki publikasi ilmiah satupun, maka patut dicurigai bahwa gelarnya tersebut diperolehnya dengan cara yang tdak lazim.
  • Cara cepat untuk melihat publikasi ilmiah sesorang adalah dengan menggunakan “google scholar”.Gunakan google scholar dan masukkan nama orang lengkap orang yang “dicurigai” tersebut.Jika memang dia memperoleh gelar master ataupun doktor dengan benar minimal ada rekam jejak publikasinya.
  • Google Scholar juga sangatampuh digunakan untuk mendeteksi jabatan akademik Profesor.Pada umumnya seorang guru besar sudah dapat dipastikan pernah mempublikasikan karya ilmiahnya dan harusnya dapat terdeteksi dengan baik di google scholar.

Perlu diingat bahwa gelar akademik tertinggi itu hanya sampai doktor, setelah itu tidak ada gelar akademik lagi yang dapat diperoleh oleh seseorang melalui kuliah.Oleh sebab itu, untuk mendapatkan gelar akademik tertinggi ini diperlukan kualitas, keseriusan, upaya keras dan terkadang dengan derai air mata saking banyaknya tantangan dan permasalahan yang dihadapi baik yang bersifat ilmiah maupun yang bukan ilmiah dalam meraih gelar akademik tertinggi ini.

Jadi pastilah bagi orang yang bergelut dalam bidang pendidikan akan dapat dengan mudah membedakan antara doktor asli dan doktor gadungan apalagi professor gadungan yang memeperoleh gelarnya dengan cara membeli hanya dari melihat cara seseorang ngobrol, berargumentasi, mengeluarkan pendapat saja.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun