Akhir-akhir ini Australia menempatkan dirinya sebagai salah satu negara yang berada di garis depan dalam perang melawan terosisme terutama ISIS. Gaung melawan terorisme ini tidak saja menyangkut masalah politik luar negeri namun sudah merambah dalam dunia perdagangan.
Media sosial sudah mulai gencar melakukan gerakan untuk memboikot pembelian produk yang berlabel halal karena menurut mereka uang yang dibayarkan kepada lembaga yang mengeluarkan sertifikasi halal ini disinyalir digunakan untuk membiayai kegiatan terorisme.Bahkan makanan khas Australia seperti vegemite yang berlabel halal juga termasuk produk yang diboikot.
Bulan November tahun lalu perusahan yang bergerak dalam bidang produk susu yaitu Fleurieu Milk and Youghurt terkena dampak tekanan ini yang mengakibatkan kehilangan kontrak sebedar $50.000 dengan Emirate Airlines.
Gerakan yang dilakukan melalui kampanye media sosial ini tentu saja membuat risau pemerintah Australia karena ketergantungannya produk pertaniannya pada pasar di negara-negara yang berpenduduk muslim sangat tinggi.
Menteri Pertanian Australia Barnaby Joyce mengatakan bahwa jika kampanye ini berlanjut dan meluas maka harga daging di Australia akan meningkat 3 kali lipat dan ribuan pekerja yang terkait dengan industri daging ini akan kehilangan pekerjaannya.
Bahkan secara terbuka dia menyatakan bahwa tanpa pasar Islam, industri daging Australia terancam tidak akan kompetitif lagi, karena Australia umumnya menjual daging ke pasar di negara Islam dalam bentuk potongan yang kurang popular jika dijual di negara non-Islam.
Barnaby Joyce menyatakan, “Mereka tidak meminta kita menjadi islami, kita juga tidak meminta mereka menjadi Kristiani. Kita telah melakukan perdagangan dengan sangat baik selama ini… dan kita tidak ingin hal ini dibawa kepada situasi yang tidak menguntungkan karena jika kampanye ini terus dilakukan maka pihak yang paling dirugikan adalah kita”
Sumber : The Australian
