[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Photo:
http://dimmidi.com/getimage.php?url=http://www.bbc.co.uk/"][/caption]
Psikolog Agustine Dwiputri dalam rubrik tanya jawabnya di KOMPAS Kesehatan menjelaskan bahwa post power syndrome gejala psikologis yang cenderung bersifat negatif yangumumnya terjadi pada orang yang tadinya memiliki kekuasaan atau jabatan dan sekarang tidak lagi memilikinya. Gejala umum post power syndrome meliputi perasaan kecewa, bingung, kesepian, ragu-ragu, putus asa, ketergantungan, kekosongan dan kerinduan.Sering kali gejala ini disertai dengan perasaan menurunnya harga diri, merasa tidak lagi dihormati dan terpisah dari kelompok. Kebanyakan gejala ini terjadi pada orang yang baru saja menjalani masa pensiun akibat minimnya persiapan mental bahwa pensiun itu secara alamiah harus dialami dan dijalani. Bagi orang yang dapat menerima masa pensiun sebagai sesuatu yang alamiah, maka dia kan terhindar dari post power syndrome ini karena dia bahagia telah menyelesaikan tugas dan pengabdiannya dengan sukses dan lancar. Sebaliknya bagi yang tidak bisa menerima kondisi pensiun ini maka dia akan mengalami ketidakpuasan dan kekecewaan yang luar biasa karena semua kekuasaan dan jabatannya telah dirampas oleh orang lain. Bagaimana tidak, dia merasa sangat terhormat pada saat memiliki pangkat dan jabatan.Di mana-mana orang seolah-olah berebut menghormati dan melayaninya.Pada saat dia tidak lagi menjabat semuanya berpaling dan mencibirnya. Menurut Agustine gejala yang muncul biasanya meliputi : 1. Gejala fisik,seperti tampak kuyu, terlihat lebih tua, tubuh lebih lemah, sakit-sakitan. 2. Gejala emosi, seperti mudah tersinggung, pemurung, senang menarik diri dari pergaulan, atau sebaliknya cepat marah untuk hal-hal kecil, tak suka disaingi dan tak suka dibantah. 3. Gejala perilaku, seperti menjadi pendiam, pemalu, atau justru senang berbicara mengenai kehebatan dirinya di masa lalu, senang menyerang pendapat orang, mencela, mengkritik, tak mau kalah, dan menunjukkan kemarahan baik di rumah maupun di tempat umum. Pak SBY memang sering mengeluh dan curhat pada saat masih menjabat sebagai presiden, akan tetapi beberapa keluhan Pak SBY selepas tidak menjadi presiden menarik untuk dianalisa. Mari kita simak beberapa dua pernyataan Pak SBY berikut: 1.Perbincangan Jokowi dengan SBY pada saat bertemu di istana tanggal 8 Desember 2014 lalu. Terungkap “keluhan” Pak SBY bahwa Jakarta macet. “biasanya dari Cikeas lancar, sekarang macet”….
2.Berita di Kompas pagi ini yang berjudul “SBY kaget dengar ada isu “pembersihan” dalam pemerintahan Jokowi.
KEMBALI KE ARTIKEL