Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Majalah Charlie Hebdo Kembali Menebar Kebencian!

24 Februari 2015   12:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:37 116 6

Baru saja lepas lebih dari satu bulan penyerangan kartornya, majalah satir Charlie Hebdo kembali menerbitkan majalah terbitan anyarnya dengan ciri khasnya menyebar kebencian kepada musuh-musuhnya.

Cover majalah terbarunya yang akan diterbitkan pada hari Rabu tanggal 25 February mendatang mengambarkan Paus, seorang jihadist, mantan presiden Nicholas Sarkozy dan politisi Marine Le Pen, bersama seekor anjing yang digambarkan segerombolan binatang buas yang sedang  mengejar seekor anjing lainnya yang menggigit majalah Charlie Hebdo.

Segera setelah kejadian Charlie Hedbo juga telah menerbitkan edisi “darurat“ nya dengn cover yang menggambarkan Nabi Muhammad yang meneteskan air mata sambil memegang tulisan Je Suis Charliedengan headline "All Is Forgiven".

Setelah berhasil mengundang simpati dunia dari peristiwa penyerangan ini tampaknya majalah ini kembali kepada warna dan watak aslinya yaitu mencari uang dengan menabur kemarahan dan kebencian.

Setelah peristiwa penyerangan tanggal 7 January lalu di kantor majalah ini yang menewaskan 12 orang termasuk pajabat teras mereka dan 5 kartunis Charlie Hedbo, tampaknya mereka hanya mengambil jeda sebentar.Simpati dunia mereka anggap sebagai bahan bakar dan energi  untuk terus menebarkan kebencian.

Majalah yang hanya memiliki oplah sebesar 60 ribu sebelum penyerangan ini,melonjak fantastis menjadi 8 juta copy pada penerbitan "edisi darurat" mereka  setelah penyerangan.Rencananya pada penerbitan hari rabu mendatang edisi majalah rutin pertamannya setelah penyerangan akan mencetak sebanyak 2,5 juta copy.

Penyerangan dan penembakan di Copenhagen yang terjadi pada tanggal 14 dan 15 February lalu pun yang diduga berhubungan dengan penyerangan di majalah Charlie Hebdo tampaknya tidak menyurutkan mereka untuk kembali menebarkan kebencian atas dasar “kebebasan berpendapat”.

Majalah Charlie Hebdo yang memiliki tradisi menyindir para politisi dan tokoh agama serta Nabi dalam bentuk karton yang vulgar memang sudah banyak diketahui orang.Ulah majalah ini telah mengundang kemarahan berbagai pihak.Namun demikian majalah ini terus berpendapat bahwa aksi mereka merupakan ekspresi kebebasan berekspresi.

Mereka menyadari penuh bahwa tanpa ciri khasnya yang menebar kebencian dan mengolah kemarahan pembacanya, maka majalah ini akan hilang dari peredaran.

Pertanyaannya sekarang, apakah simpati dunia yang demikian banyaknya setelah penyerangan majalah ini akan tetap dianggap sebagai dukungan terhadap kebebasan berekspresi yang telah melewati batas? Ataukah mereka sekarang akan dan mulai sadar jika merekapun telah menjadi korban majalah Charlie Hebdo dengan teknik menggoreng rasa simpati dan mengolah kemarahan untuk  mengeruk uang?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun