Ini bukan cerita, tapi kisah yang dibuat dalam cerita,
Hujan pun turun membasahi kota, yang mula-mulanya hanya titik kecil drastis menjadi jatuhan besar dari langit. Dingin saat itu
Basah sepatu anak itu, berjalan pulang dari sekolah bergandeng payung menuju swalayan, lama dia berputar mencari sendal. ”rp. 31.900” kata kasir ”uangnya rp.50.000 yah” mengambil kembalian dan berjalan ke tempat penitipan tas.
Disitu dia membuka sepatu dan menggantinya dengan sendal yang baru di beli. Unik dan lucu ternyata sekeliling memperhatikan anak itu, mulai dari mencabut harga, mencopoti benang yang menghubungkan sendal, sampai memasukkan sepatunya ke dalam tas. Ketika menoleh, sekeliling senyum-senyum melihat dirinya. Di balasnya dengan senyum kebingungan
”om, salam om??” tanya anak itu pada angkot yang dinaikinya.
”oh, iya dek, tapi angkotnya nggak masuk ke dalam lorong, hanya sampai di luar saja”
”iya, nggak apa-apa om”
Angkot pun berjalan cepat melajui turunnya hujan yang belum reda
Dari balik jendela, sekeliling tampak air mulai menggenang di sekitar jalan, air yang nampak bening ketika jatuh luntur keruh di gilas roda zaman .
Satu per satu tampak pejalan pejalan kaki berlari kecil menghindari tumpahan hujan
Suasana yang selalu ada saat hujan turun berlari, berteduh, menunggu sampai hujan berhenti entah sampai kapan
”dek, ini lorong salamnya sudah sampai” ucap om supir angkot itu
Hendak turun anak itu, tak jadi, ”biarlah, dek, om antarin sampai dalam, ini juga hujan”
Senyum mengembang dari bibir anak itu
”Ini dek, salamnya, mau ngapain dek di sini??”
”nggak om, hanya ingin berkunjung saja” tersenyum kembali setelah membayar uang angkot
Harus menyeberang untuk sampai tepat di pintu pagar salam,
Mulai angkat kaki menyeberang.
piiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiip
–hidup hampir usai kemarin-