Memaksa untuk membungkam tangis, suara air hujan tak sanggup menutupinya, bahkan basah itu memeluk luka dalam sesak detak jantung yang seirama.
Kini sunyi-sunyi menjadi riuh,
tanya-tanya itu perlahan membiru
bulir darah-darah yang meriuhkan namamu
perlahan membeku
Maaf kini milik siapa?
Maaf ini untuk apa?
dan
Setelah rasa ingin dalam angan untuk kau dan aku hidup bersama,