Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Mie Singkong ?

12 Juli 2009   02:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:57 3819 0

Postingan ini saya kirim ke Kompasiana bukan dengan tujuan ngugah macan turu..... “membangunkan macan tidur” atau tepatnya “membangunkan Bocah nDeso dan kawan-kawannya” yang dengan apik telah posting tentang mie instan secara trilogi di tanggal 20, 22,dan 27 Juni 2009. Disusuldengan postingan rekan Tononagoro di tanggal 26 Juni 2009, dilanjut rekan Danielht, 2 Juli 2009. Para kompasianers pasti sependapat, postingan-postingan tentang mie instan terkait jingle itu amat menarik. Kita pasti senyum-senyum bercampur dongkol membacanya, khususnya tanggapan yanggegap gempita…..dan mungkin Anda “terpancing” memberi tanggapan dan komentar.

Iya benar, saya jadi tertawalebar membaca tanggapan bung Omri “yang dikit marah” di tanggal 21 Juni, apalagidengan “nada membentak” di tanggal 29 Juni 2009. Saya juga “terpancing” menulis dua komen di tanggal 22 Juni di postingan rekan Bocah nDeso dan tanggal 26 Juni 2009 di postingan rekan Tononagoro. Namun meski besar rasa pingin nulis tanggapan dan juga “hati panas” ….saya tekan dan pendam, takut memperkeruh suasana yang saat itupenuh hinggar bingarsaling dukung mendukung para kandidat pilpres. Saya tidak ingin Rumah Ide, Rumah Gagasan, Rumah Kreativitas Kompasiana penuh caci maki yang tidak menjadikannya Rumah Sehat bagi para kompasianers.

Sekarang “badai pilpres” telah berlalu, saya beranikan diri untuk nonggol. Tapi kenapa postingan Bocah Ndeso dan bocah satunya lagi…si Katrok tidak publish di hari-hari setelah Pilpres? Mereka mungkin lelah, kehabisan energi yang di-forsir-nya jelang pesta demokrasi. Ataukah para bocah ini adalah komentator politik profesional seperti yang ditengarai oleh Bung Omri pada komentarnya di postingan bung Samdy, 29 Juli 2009 ? Tapi ngak apa-apa, halal dapat duit menulis di blog ! (Engak ding, Mas Bocah nDeso masih munculnulis tanggapan di postingan Kang Pep tanggal 10 Juli 2009).

Aduh ngapain saya nyindir Mas Bocah nDdeso…membangkitkan “panas” aja, padahal beliau udah tenang. Yuk, lanjut ke bahasan kita, khususnya menambahi komentar/ penjelasan rekan Florensius Marsudi, si “wong kito”, 27 Juni 2009 dan rekan Cipinang, 26 Juni 2009. Saya hanya menceritakan apa yang telah dikerjakan Pokja Singkong KADIN Indonesia. Namun semoga aja postingan ini tidak basi atau kadalu warsa.

MOCAL Saya menulis tanggapan dipostingan serial mie instan bahwa MOCAL berkemampuan substitusi tepung gandum untuk berbagai kudapan, bahkan untuk membuat mie. Apakah mocal itu? MOCALpada hakekatnya adalah tepung singkong (Manihot esculenta Crantz) alias tepung gaplek, tapi memiliki keunggulan warna yang lebih kling, tidak berbau apek, dan rasanya tidak lagi mirip singkong. Kenapa begini? Ntar kita bahas, by the way MOCAL adalah akronim dari Modified Cassava Flour artinya tepung singkong alias ubi kayu termodifikasi

Tepung ini lagi naik daun, coba buka internet maka sejumlah kursus menawarkan pelatihan membuat MOCAL, dengan biaya ± Rp 1 juta per orang. Bila kompasianers mempunyai waktu luang,tengok pula Bu Marwah Daud mempopulerkannya di web you tube.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun