Met jumpa Rekan Kompasianers. Beberapa minggu lalu, saya menerima email dari bos FBI. Ah...jangan sirik, katakan Roy narsis. Mosok Roy dikirimi email oleh FBI, pangkat apa sih Roy itu?Eh, weleh weleh, jangan salah sangka, FBI yang kumaksud bukan yang ”ditakuti” di Amrik...tapi Forum Biodiesel Indonesia. Sebuah LSM yangsejaktahun 2002 mempelopori dan mendorong penggunaan biodiesel di Indonesia. BosFBIsaat itu di kota Tsukuba, Jepang. Beliau berpartisipasi dalam workshop gabungan Pokja BBN ERIA (Economic Research Institute for ASEAN & East Asia) - IEA (International Energy Agency) Bioenergy Task 40 (Eropa) tentang 'International Trade Activities and Opportunities for Solid and Liquid Biofuels".
Email Bos FBI Email itu sebagai berikut : Nuansa sangat kuatmunculdi workshop ini,bahwa negara-negara maju pada ngebet mau impor biomassa (pelet kayu, cip kayu, tempurung sawit, bal jerami dan tandan kosong sawit, dsb) untuk digunakan sebagai bahan bakar bebas gas rumah kaca danbahan mentah BBN generasi 2 . Perdagangan internasional biomassa ini akan segera booming; ASEAN (terutama Indonesia) adalah sumber besar komoditas ini. Kami dan rekan-rekan ASEAN sepakat bahwa kita harus sangat berhati-hati, mengingat bahwa di dalam biomassa terkandung mineral-mineral tanahdan, karena perniagaan energi bersifat "raksasa" atau masif, maka ekspor besar-besaran biomassa untuk keperluan energi bisa berakibatterdegradasinya (atau tandusnya) lahan-lahan pertanian, perkebunan, dan hutan ASEAN dalam 2-3dekade mendatang. Ini saya kemukakan juga di dalam workshop, tetapi tak ada satu-pun pengusaha dan pihak Eropa yang mau merespons. Akhirnya, kami meminta Dr Sagisaka (Ketua Kelompok Riset Bioenergy Sustainability ERIA) untuk segera memasukkan kajian tsb dalam studi kelompoknya.
Kompas Cetak Seusai membaca email bos di atas, saya teringat berita di Kompas Cetak, tanggal 23 Oktober 2009, di halaman 50...”Limbah Kayu Jadi Bahan Bakar”. Mungkin ada kompasianers yang berkata....berita apa yang akan diceritakan Roy karena so pasti limbah kayu jadi bahan bakar. Itu sih bukan berita baru, Roy menghabiskan waktuku aja. Lihatlah di dapur-dapur pedesaan Republik ini....kan pakai kayu bakar. Bukan gitu,maksud saya. Ada ”anak judul” disamping ”judul utama” tersebut yakni”pengurangan emisi : Limbah Kayu Jadi Bahan Bakar”. Menyimak anak judul tersebut jelaslah bukan sekadar batang, ranting, atau limbah kayu dibakar. Bila ini yang dikerjakan.. itulah ”teknologi nenek moyang” yang malah menambah emisi.
Kompas menceritakan tentang Bioetanol Japan Kansai Co Ltd., sebuah pabrik etanol di Osaka yang berbahan baku biomassa. Memang hingga saat ini produksinya masih sangat sedikit, namun menunjukkan progres peningkatan. Sejak di mulai tahun 2000, produksi hanya 4,7 juta ton, tahun 2005 meningkat menjadi 7,3 juta ton, pada tahun 2010 diprediksi 7,5 juta ton.Hal ini sejalan dengan strategi ”Biomass Nippon” yang dideklarasi Maret 2006 yang merencanakan penggunaan 50% penggunaan biofuel pada tahun 2030. Mereka menerapkan taktik yang disebut strategi pertumbuhan ekonomi dengan revolusi karbon rendah
Hebat ya, idih tapi masihmenang Republik ini dibanding Nippon, Intruksi Presiden -Inpres 1/2006 tentang deklarasi BBN, di Indonesiakan dikumandangkan di Januari 2006. Artinya kita berpikir lebih maju dari Japan.Iya betul...tapi Jepang, saat ini telah mampu menurunkan ketergantungan minyak bumi sebagai energi primer dari 80 persen dankini hanya 44 persen. Kita.......,saya .malu menulisnya....karena kita omdo aja (klik di sini). Begitu semangatnya ”saudara tua” ini sampai merambah kemana-mana menanam tumbuhan penghasil BBN khususnya Jatropha, antara lain di Indonesia (klik di sini)
Komoditas Dagang Kompasianers....email dari bos FBI,saya posting dengan sejumlah tujuan. Pertama, sharing bahwa segera akan booming perdagangan limbah biomassa.Roy kan baik hati, beritatersebut tidak saya keep...tapi disebarkan. Kali, aja kompasianers ada yang akan segera membentuk PT Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit....silahkan hubungi saya....yuk, kita join. Saya tidak pingin jadi Dirut...kasi jabatan lain pokoke yang enak.
Bayangkan Republik ini memiliki areal kelapa sawit terluas di dunia. Dengan produksi CPO (minyak sawit kasar) lebih kurang 18 juta ton, Indonesia mempunyai tidak kurang dari 100 juta ton Tandan Buah Segar(TBS) Kelapa Sawit. Dari sejumlah TBS itu, dipastikan ada sekitar 20 juta ton Tandan Kosong Sawit (TKS)...yang saat ini terkatagori ”limbah”. Berupa duit 20 juta ton itu ? Itu belum dihitung cangkang atau tempurung sawit. Tapi kalau kita masih ”merasa melarat” dengan dagang TKS....masih ada ampas tebu dari pabrik gula. Kita dapat kongsi membentuk PT Ampas. Bila masih kemaruk alias serakah masih ada jerami padi....yang menunggu kompasianers membuat PT Seresah Jerami....untuk collecting, memproses, dan mengekspornya. Kita juga punya limbah pulp, dari pabrik kertas (sekadar informasi, Indonesia adalah salah satu penghasil pulp terbesar di dunia).
Karunia Allah Kedua, saya kagum....kok hebat ya dunia, termasuk Jepang. Mereka sadar bahwa suatu saat tidak mungkin bertumpu pada minyak fosil....yang cenderung menuju titik nadir. Menanam tanaman BBN-si Energi Hijau, mereka tidak mampu...tak ada lahan, tenaga kerja mahal, dan mereka terkendala matahari. Bukankah mereka tidak dikarunia Allah dengan sinarmatahari ”secerah” di Indonesia? Karena pada hakekatnya, Energi Hijau hanyalah ”menyimpan” energi sang surya.
Mereka juga sadar penerapan Energi Hijau pada hakekatnya saling kanibal antara food, feed, dan energy...seperti saya tulis di klik di sini(di sub bab permasalahan bahan baku, dan seterusnya) dan di situ (di sub bab kanibalis). Mereka melakukan riset terarah, terkordinasi, dan didanai cukup untuk menuju second generation biofuel. Mereka melakukan upaya mencegah agar omelan Pak Paribu (kompasianer di Aurora, Colorado, Amrik) tidak meluas, mendalam, dan melebar...klik di sini.Maka mereka memanfaatkan limbah dengan tujuan ganda yakni memperoleh BBN yang ramah lingkungan dan meniadakan limbah dengan segala dampak negatifnya.