Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Demam Bioetanol (Jilid 2)

25 Mei 2009   17:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:07 6282 0

Yuk, kita lanjutkan obrolan di postingan tanggal 17 Mei 2009, pada “demam bioetanol” (jilid 1). Kalau pada minggu lalu, kita udah diskusi manfaat bioetanol yakni aplikasi pada kompor, sekarang kita bahas pengadaan bioetanol. Saya berpendapat masalah ini penting, karena jangan sampaimasyarakat jatuh cinta pada bioetanol yang diintroduksi sebagai bahan bakar kompor pengganti minyak tanah (mintan) bahkan pengganti elpiji. Tapi ….akhirnya masyarakat tetap harus antriuntuk mendapatkan bioetanol.

Apa sih bioetanol

Bioetanol adalah etanol yang diproses dari biomassa tumbuhan yang banyak mengandung karbohidrat. Etanol ini diperoleh dengan proses fermentasi melalui bantuan mikroorganisme yakni ragi. Penamaan bio adalah untuk membedakannya dari etanol yang diproses dari minyak bumi (minyak fosil) melalui proses hidrasi etilena dengan katalis asam. Sering masyarakat merancukan etanol dengan penyebutan alkohol. Padahal, etanol hanya termasuk satu jenis dari beberapa senyawa alkohol. Ada alkohol lain yang cukup beken misal metanol yang digunakan antara lain sebagai bahan pembantu pembuatan biodiesel, bahanpembuat formalin, dan lain-lain.

Bioetanol bahan multi guna

Bioetanol atau etanol adalah senyawa kimia yang seharian kita gunakan. Jangan tergesa protes bahwa Anda bukanpeminum alkohol ! Pagi hari, setelah bangun tidur, bila berkumur misal dengan listerine, maka kita memakai bioetanol. Sikat gigi dengan pasta gigi,dan juga mandi dengan sabun wangi maka terdapat pula senyawa bioetanol. Merawat rambut dengan shampo dan hair tonic artinya pakai bioetanol. Menggunakan deodoran, lanjut semprot-semprot dengan parfum, merawat wajah dengan cream atau larutan pembersih wajah pastilah mengandung bioetanol. Sebatang rokok mengandung pula bioetanol pada saus tembakaunya. Ngepel lantai agar kling dan suci hama maka ditambahkan larutan pembersih lantai ke air pel,pada hakikatnya pakai bioetanol. Bahan semprot agar baju licin dan harum pada proses setrika mengandung bioetanol. Mencuci pakaian dengan deterjen, pastilah ada bioetanol. Membasuh tangan dengan tisue basah atau larutan pembersih tangan –penting saat ini karena flu babi- misal merk Nuvo, Dettol, Antis, dan lain-lain pada prinsipnya mengandung bioetanol.Semir sepatu pun mengandung bioetanol. Apalagi bila kita sakit, bioetanol menempatiporsi utama di rumah sakit atau tempat praktek dokter antara lain sebagai disinfektan atau kompres di demam tinggi. Bahkan dalam obat batuk cair, balsem, parcok (param kocok), minyak angin, cairan penolak nyamuk misal Autan, dan lain-lain . Minuman kebugaran misal Krating Daeng, Extra Joss, dan lain-lain dapat dipastikan ber-etanol. Demikian juga minuman anggur kesehatan antara lain cap orang tua. Sejumlah minuman dan makanan tradisional kerakyatan dipastikan pula mengandung bioetanol, antara lain pada brem, tape, legen, tuak, sopi, badek, saguer, cap tikus, ciu, moke,balo, anding.

Tidak hanya itu, bioetanol digunakan pula di berbagai tinta mulai dari tinta tulis, cetak, printer, sampai foto copy, dan bahan kimia di fotografi serta berbagai lem. Pada pembuatan asam asetat (sebagai bumbu dapur, pembersih lantai kusam, dipakai pada shower dan pipa wastafel mampet, dan lain-lain), di rekayasa kloroform sebagai obat bius. Juga pada pembuatan plastik PE dan PVC, dan pestisida. Dan kini,sebagai campuran bahan bakar kendaraan bermotoryang diyakini ramah lingkungan namun mampu meningkatkan kinerja –istilah teknisnya angka oktan- bahan bakar premium. Karena multi guna inilah maka muncul demam (industri) bioetanol di Indonesia !

BioPremium

Pemerintah menetapkan kewajiban minimal pemanfaatan bioetanol –istilah keren-nya mandatori- sebagai pencampur premium. Sejak 1 Januari 2009, premium bersubsidi (Public Service Obligation PSO) yang diedarkan di Indonesia harus di blend dengan 1% bioetanol yang diberi merk Biopremium, pada premium non PSO –yakni BioPertamax- di blend 5% bioetanol. Hal yang sama pada premium untuk industri dan komersial diwajibkan mencampur bioetanol sebesar 5%. Ntar 1 Januari 2010 blending ditingkatkan, PSO menjadi 3%, Non PSO ke 7%,dan industri serta komersial ke 7%. Bertahap sampai tahun 2025, semua katagoripremium diwajibkan di oplosh dengan bioetanol sebesar15%. Cukupkah produksi bioetanol Indonesia?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun