Saya masih ingat status twitter terakhir yang diungkapkan oleh Dahlan Iskan di Twitter, bahwa beliau akan prei (rehat) menggunakan twitter pada saat bulan puasa ini.
Masifnya Media Sosial
Saat ini, jangan langsung percaya jika pada saat ini masih ada orang yang tidak mempunyai akun sosial media seperti facebook, twitter maupun blog. Blog juga masih merupakan media sosial karena di dalam blog yang kita bangun, sebenarnya kita juga ingin membangun hubungan dengan para pembaca kita. Siapa penulis yang tidak ingin tulisan nya dibaca oleh orang banyak? Logikanya simple saja. Nah, berapa banyak waktu yang kita habiskan di depan laptop, hp dan media elektronik lainnya untuk berinteraksi secara virtual ini. Apalagi, media sosial ini banyak sekarang yang menggunakannya untuk urusan mencari nafkah. Bahkan, seperti yang dilakukan oleh seorang tukang becak di Yogya ini, yang bookingnya pun harus via e-mail.
Ya, memang mungkin, media social telah banyak membantu kita dalam kehidupan ini. Salah satunya dengan banyaknya informasi yang kita terima secara mudah dan cepat. Saya pun juga tidak anti dengan media social. Jangan pernah khawatir juga, karena berdasar study di Amerika, turut menerangkan bahwa aktivitas ini tidak membuat orang menjadi terisolasi. Namun, perlu kita tanyakan, apakah memang informasi yang disebarkan tersebut memang informasi yang kita butuhkan. Nope …, kebanyakan informasi yang beredar adalah informasi sampah yang hanya memenuhi otak kita, karena ketidakmampuan kita dalam mengolah sehingga ia hanya mampir sebentar di otak kita.
Teknologi in good use
Teknologi memang penting, namun memang alangkah lebih baiknya sebelum kita menggunakan teknologi tersebut, kita tancapkan niat kita terlebih dahulu buat apa kita mengakses teknologi tersebut, apalagi di bulan Ramadan ini yang katanya setan-setan pada dibelenggu. Nah, celakanya memang sering kita menggunakan menggunakan teknologi untuk media hiburan semata, sehingga kita hanya mendapatkan sedikit manfaat dari teknologi tersebut. Teknologi ini luas dan banyak sekali penggunaannya, jangan sampai hanya kita isi dengan hal-hal yang cuma kecil kemanfaatannya. Seperti contoh diatas, pemanfaatan teknologi untuk mencari nafkah. Jangan sampai kita hanya menjadi pasar bagi mereka, para bisnismen kelas cumi-cumi, yang ingin selalu menyedot hidup kita. Nah … kita juga harus bisa memanfaatkan teknologi ini, contohnya ikutan lomba kompasiana ini, selain mengajarkan kita untuk menulis, juga melatih untuk menuangkan ide-ide yang terserak di pikiran kita.
Itulah teknologi, baik tidaknya sebenarnya tergantung kita. Tergantung kita bagaimana cara memperlakukannya. Saya sendiri termasuk orang yang jika dibilang kurang proporsional dalam memanfaatkan teknologi. Dan jika menilik, dari kehidupan sekarang, memang penggunaan media informatik ini cenderung berakibat buruk bagi kita. Oh … ya, apa sebabnya? Sebabnya adalah tak lain dan tak bukan adalah banyaknya publisitas. Tepatnya publisitas palsu yang sering kita jadikan sebagai sebuah pandangan dalam hidup. Sehingga definisi kita dalam hidup, sering kita dapatkan dari publisitas tersebut, bukan berdasar dari diri kita sendiri. Itulah ilusi yang ditampakkan sebagai hal yang wajar .... Hal ini, jika saya ingin menerangkan secara lebih cepat, bisa anda tonton dalam film “99 francs”. Namun saya tidak rekomended untuk ditonton pada saat puasa atau bersama dengan anak anda karena vulgaritas dan banyaknya disturbing image. Publisitas yang saya maksud dini adalah tidak cuma iklan, tetapi semua hal (baik itu secara langsung dan tak langsung) mempengaruhi pilihan anda dalam menjalani hidup, seperti status seseorang misalnya. Dan, memang kita harus selalu waspada akan hal yang seperti ini, karena kita telah hidup di zaman materialistic dan serba superfisial.
Puasa tinggal 8 hari lagi, alangkah baiknya memang kita gunakan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah, sebab belum tentu kita akan bertemu dengan Ramadan tahun depan.
Tulisan saya ini akan saya tutup dengan phrase yang ada dalam film “99 francs” tersebut: