"Nggak ada gunanya sholat, kalau sholatnya model begitu." Sindir perempuan tua yang biasa kami panggil Hajah Ansori. Bukan karena menghormatinya, lebih kepada 'melindungi diri' dari mulut nyinyir yang bisa monyong lima centi kalo dipanggil tanpa embel-embel 'hajah'. Padahal cuma umroh, dua tahun lalu. Tapi belagu. Pernah suatu ketika, ada ibu-ibu dari kampung sebelah diundang hajatan di rumah bu RT, riuh bisik mereka menanyakan sebab musabab gelar 'hajah' untuk istri dari pak Ansori itu. "Ya meskipun masih umroh, minimal saya udah pernah ke Mekkah to, ibu-ibu. Pernah nyium udara Mekkah. Nggak kayak kalian, punya duit malah buat hedon." Lagi-lagi bibir yang terbalut lipstick merah murahan itu monyong ke depan, dan sesekali tertarik ke samping kanan kiri membenahi kerutan. Matanya yang ber-celak tebal semakin mempertajam setiap panah yang dilesatkan. Bahkan hanya dengan ia membuka mulut, semua orang pasti akan mulai menerka-nerka, kira-kira siapa kali ini yang jadi sasarannya.
KEMBALI KE ARTIKEL