Berikut beberapa cara bagaimana doktrin agama mempengaruhi penerimaan vasektomi:
1. Pengaruh Moral dan Etika
  Setiap agama memiliki panduan moral dan etika yang memengaruhi cara pengikutnya memandang masalah reproduksi. Beberapa agama mempromosikan konsep kesucian kehidupan dan pentingnya melestarikan keturunan. Misalnya, dalam ajaran Katolik dan Islam, sterilisasi permanen dianggap bertentangan dengan ajaran agama karena dianggap menghalangi kemungkinan prokreasi.
  Bagi penganut agama yang ketat terhadap ajaran ini, walaupun vasektomi dianggap efektif secara medis, mereka mungkin memilih untuk tidak melakukannya karena dianggap tidak sejalan dengan nilai-nilai agama. Ini mengurangi keberhasilan penerimaan vasektomi dalam masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh doktrin agama yang menentang.
2. Keputusan Berdasarkan Prinsip Keluarga
  Banyak ajaran agama, seperti Islam dan Katolik, mendorong perencanaan keluarga yang lebih alami dan terbuka terhadap kehidupan. Oleh karena itu, metode kontrasepsi permanen seperti vasektomi dianggap tidak sesuai dengan prinsip bahwa setiap tindakan seksual harus memiliki potensi untuk menghasilkan keturunan. Sterilisasi permanen dianggap sebagai keputusan yang terlalu final dan tidak memberikan peluang untuk mempertimbangkan kelahiran anak di masa depan, yang dalam beberapa agama, dilihat sebagai bagian dari rencana Tuhan.
3. Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga
  Di sisi lain, beberapa interpretasi agama yang lebih moderat memungkinkan adanya pengecualian ketika kesehatan atau kesejahteraan keluarga dipertaruhkan. Misalnya, dalam beberapa konteks Islam, jika vasektomi dilakukan demi menyelamatkan nyawa atau kesehatan, atau karena kondisi medis yang membuat kehamilan berbahaya, prosedur ini mungkin bisa diterima. Ini menunjukkan bahwa meskipun doktrin agama berpengaruh, ada fleksibilitas dalam kasus-kasus tertentu.