Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Apa yang Terjadi pada Si Bungsu?

25 Desember 2012   22:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:03 279 0
Melanjutkan tulisan saya,

http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/25/lika-liku-kehidupan-seorang-anak-tunggal-518759.html

saya ingin melanjutkan tentang apa yang terjadi pada anak bungsu berdasarkan pandangan Alfred Adler.

Menurut Adler, terdapat tiga kemungkinan dinamika yang terjadi pada anak bungsu, yaitu:

1. Menjadi pusat perhatian seluruh keluarga. Tidak hanya orang tua, si bungsu dianggap sebagai "bayi" oleh seluruh anggota keluarga. Kakak-kakaknya akan menyayanginya dan berlomba-lomba untuk menjaganya.  Si Bungsu dapat sangat menikmati situasi ini, yang jika tidak hati-hati, dapat menjadi cikal bakal dari sikap manja dan ketergantungannya di masa depan.

2. Menjadi "sisa" dari kakak-kakaknya. Hal ini terutama terjadi pada keluarga dengan ekonomi terbatas. Anak bungsu dapat merasa ia tidak memiliki sesuatu yang benar-benar miliknya karena ia harus menunggu segala sesuatu yang "diturunkan" dari kakak-kakaknya.

3. Menjadi inferior jika dibandingkan dengan kakak-kakaknya dan anggota lain di keluarga. Sejak kecil, Si Bungsu selalu melihat orang-orang di sekitarnya lebih dibanding dirinya. Segala keputusan biasanya sudah diputuskan oleh mereka yang lebih tua darinya. Hal ini dapat membuat si Bungsu merasa menjadi kurang bebas dan kurang mandiri.

Namun begitu, jangan dulu patah arang dengan keadaan si Bungsu yang sepertinyamiserable. Dengan perasaan inferior, justru Si Bungsu bisa berbalik menjadi individu yang memiliki motivasi tinggi. Tema hidupnya dapat menjadi pembuktian bahwa ia dapat melampaui mereka-mereka yang ia anggap "lebih" dibanding dirinya. Apalagi Adler meyakini bahwa dorongan inti yang menggerakkan manusia ialahStriving for Superiority.Tak jarang kita temukan anak bungsu menjadi anak yang paling berprestasi dibandingkan anggota keluarga lain. Dengan begitu, anak bungsu berpotensi dapat menjadi tokoh revolusioner di keluarga.

Baik Adler maupun hampir seluruh teori Kepribadian meyakini bahwa pola asuh orang tua memegang peranan penting dalam tumbuh kembang kepribadian anak. Adler pun menekankan bahwa sangat mungkin terjadi perbedaan individu dalam tumbuh kembang seseorang yang ditentukan oleh bagaimana orang tua menerapkan pola asuh di keluarga. Saya pribadi selalu percaya, kekuatan keluarga ada di komunikasi. Selain itu, setiap anak diharapkan diberikan kesempatan yang sama untuk mengaktualisasikan dirinya, mengungkapkan pendapatnya, berkontribusi pada keluarga, tidak peduli urutan kelahirannya.

Pengalaman saya pribadi, saya menikmati bersahabat dengan anak bungsu. Sampai saat ini, saya belum menemukan sahabat yang anak bungsu dan membawa ciri-ciri stereotype seperti manja, egois, pengen selalu diperhatikan yang sampai taraf mengganggu. Saya justru lebih sering melihat sosok anak bungsu yang positif, menjadi paling berprestasi di keluarga, dan bahkan menjadi penjaga bagi keluarga.

Tapi betul, bersahabat dengan anak bungsu sering terasa memiliki bayi. Kualitas bungsu memang sepertinya tidak dapat disembunyikan. Manja-manjanya mereka terasa "unyu-unyu" kalau pakai istilah sekarang. Hehe. Bagiku, hal itu terasa menyenangkan dan memberi keceriaan. Jika ada pepatah yang mengatakan Boys Are Always Boys, saya mencupliknya dengan mengatakan Bungsu is always Bungsu :)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun