Kenapa tidak segera saja menonton, sebagaimana kompasianer yang lain ada yang pakai tvstreaming, ada yang langsung Tvmedia ada yang entah lah pakai aplikasi you tube, emak – emak bau aseup model penulis agak gagal faham terhadap aneka teknologi tersebut
Memangnya sejak sosialisasipun berkali – kali mengamati Kompas TV ibarat apa yang dikatakan Mbak Ifani kenapa dilayar tv banyak laronnya, semut – semut kecil ribuan mengganggu pemandangan, mending dimatikan atau pindah channel yang aman pergi ketempat tidur ya sleeping.
Sungguh surprise yang teramat hebat saat malam ini selasa, 20 januari 2015 KompasianaTV muncul dengan gambar yang tajam dan terang, tidak pernah kejadian seistimewa ini terjadi di wilayah puncak bukit utara kota Bandung yang tinggi.
Iya Ajaib saja, sehingga kami dapat menyaksikan para kompasianer berbicara bersama pembawa acara cantik segar berbusana warna kuning, entah juga namanya siapa, penulis belum mengenalnya sebagaimana pemirsa mengenal semisal Najwa Shihab.
Berdasar penjelasan pembawa acara, bahkan sempat beberapa kali menjadi status Mbak Ifani yang sempat ditanya puteranya tentang penggunaan google hang out, bahwa para kompasianer tampil dengan menggunakan media tersebut .
Yang penulis saksikan penggunaan google hang out cukup keren sehingga dimanapun kompasianer bisa tampil, memberikan ulasan, bertanya, menanggapi dan menyampaikan pengalamannya.
Malam ini, nara sumber yang tampil adalah : Dra. Khofifah Indar Parawansa ( Menteri Sosial) - dengan bahasan “Apakabar Kartu Sakti Jokowi”.
Tentu saja Ibu Menteri tampil dengan lugas, lancar dan menarik menguraikan segala sesuatu yang terkait dengan tiga kartu sakti, yaitu : Kartu Indonesia Sehat ( KIS ) ; Kartu Indonesia Pintar ( KIP ) dan Kartu Keluarga Sejahtera ( KKS )
Salah satu program yang konon tidak atau belum ada anggarannya adalah memback – up data program sosial ini secara sosial, masyarakat di mohon untuk membantu, seperti diantaranya merevisi data yang paling up to date di lapangan seperti apa jumlah orang miskin, entah ya bentuk seperti apa, karena ini baru akan digulirkan.
Tentu saja hal yang paling sensasional malam ini adalah menyaksikan para kompasianer berbicara, kita semua yakin bahwa beberapa bulan yang lalu atau bahkan beberapa tahun yang lalu, kompasianer tidak pernah terbayang dirinya akan tampil berbicara berkat rajin menulis di Kompasiana.
Yang tampil malam ini, adalah :
- Bang Ony Jamhari, dosen – Korea ; menuturkan pengalamannya dengan lancar dan unik karena terkait pengalaman berobat di Korea.
Pak Dosen ini tampil dengan lancar, bahkan kisahnya menarik untuk disimak terkait dengan pengalaman berobat di Korea.
- Pak Tamrin Dahlan, entah ya tampak agak grogi, gugup beberapa kali ia berbicara dengan jeda menggunakan kata eu . . . eu . . . eu, lebih banyak menunduk, terkesan tidak menatap kamera. “Halo Pak Tamrin . . .” pada tayangan berikutnya saya yakin banget Bapak akan tampil lebih oke lagi, selamat.
- Pak Rahmat Agus Koto, konsultan teknis – Medan ; tayangan yang kami saksikan putus – nyambung, penulis agak kurang bisa menangkap apa yang beliau bahas, pokoknya perasaan senang menyaksikan kompasianer berbicara di media kotak bergerak ini.
- Junanto Herdiawan, ekonom penulis – Jakarta ; kompasianer yang satu ini cukup menguasai apa – apa yang beliau lontarkan, tidak gugup dan sempat melempar senyum, bagus.
- Muhamad Awaludin, staf RW – Jakarta ; lancar, tebar senyum bertutur dengan lancar dan mengalir saja, sepertinya kompasianer ini yang cukup menjadi perhatian pembawa acara, disamping jabatannya sebagai Pak RW juga ia banyak bersentuhan langsung dengan masyarakat di kelas yang paling bawah
Aset SDM dan Karya Tulis
KompasianaTV, kedepan jika saja di planning dan ditata lebih apik lagi sepertinya akan menjadi saingan terberat dari Editorial Media Indonesia yang telah tayang beberapa tahun di Metro tv dengan beberapa alasan diantaranya :
Kompasiana memiliki aset yang berlimpah, baik aspek SDM yaitu Kompasianer yang aktif, separoh aktif dan yang masih ada di dasar laut alias menenggelamkan diri.
Kompasianer centang hijau, kompasianer centang biru, kompasianer tanpa centang
Kompasianer inipun tersebar diseluruh Indonesia dan dibeberapa negara seperti Mesir ada Neng Kiara Wael, Jerman Mbak Gitanyali Korea Ony Jamhari dan Mbak Usi Febriani di Amerika, entah negara bagiannya dimana demikian pun kita memiliki Pak Tjiptadinata yang dari Ausi sana.
Kompasiana memiliki aset tulisan juga sangat berlimpah, ada yang kualitas TA, HL dan seterusnya.
Aspek Tampilan Kompasianer
Dalam hal penampilan kompasianer hanya malam ini saja, penulis berselera yang alamiah tanpa dress code yang mengikat tampil sangat natural berasa sangat dekat dengan pemirsanya.
Akan tetapi jika memang menjadi tuntutan sesungguhnya bisa juga disiapkan dan diinformasikan kepada kompasianer yang akan tampil hal ini bergantung pada situasinya,
Sukanya penulis malam ini menyaksikan beberapa kompasianer yang tampil dengan latar Kriko si burung berisik dari dataran tinggi Gayo teringat seketika kepada Tuan Datuk Syukri Muhammad Syukri, penggagas nama Kriko.
Tentu dengan tayangan demi tayangan dari tulisan yang di apresiasi tim redaksi Kompas tv akan menjadi salah satu pendorong positif bagi lebih berkembangnya dunia tulis menulis yang di mixing dengan audio visual.
Referensi :
http://politik.kompasiana.com/2014/11/11/membongkar-3-kartu-sakti-jokowi-kartu-indonesia-sehatpintarkeluarga-sejahtera-685712.html