Aku terus berjalan mencari obat dari penyakit yang mewabah di negeriku yang bernama “korupsi”. Sepertinya aku sudah putus asa, bahkan harapku pada aparat resmi “negeri atas bawah” seperti polisi vs kpk.
Untunglah di langkah putus asaku, aku terantuk pada sesosok Si Mbah nyeleneh. Dia bertutur nyeleneh tentang obat anti korupsi yang sederhana.
“Kenapa ada korupsi?” tanya beliau.
Aku jawab: “Tidak tahu”
“Apa yang dikorupsi?”
“Uang”
“Bagus. Kalau itu jawabnya gampang. Karena yang dikorupsi uang, dana, anggaran. Maka secara logika makin besar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negaramu berarti makin besar pula kemungkinan korupsinya” jawab beliau.
“Terus bagaimana resepnya, Mbah?”
“Hehehe... ya gampang. Kalau menginginkan korupsinya kecil ya turunkan jumlah Anggaran Negerimu. Bikin anggaran sehemat-hematnya. Sekecil-kecilnya. Makin kecil Anggarannya makin kecil korupsinya.” Tutur beliau.
“Nanti kurang sejahtera, mbah?” tanyaku.
“Ya tentu saja para pejabat dan pegawainya jadi kurang sejahtera, karena gaji dan proyek yang mau dikelola jadi kecil. Tapi insya Allah rakyat jadi sejahtera. Karena rakyat sudah biasa hidup minimalis. Tidak akan terjadi jurang pemisah antara pejabat yang berlimpah uang dengan rakyat yang tak punya apa-apa. Semuanya akan berhemat bersama-sama. Itu adil dan barokah”
Aku terdiam, hanyut tenggelam lalu tersedot oleh mata misteri siMbah Nyeleneh.