Sikap dan gaya hidup berlebihan, glamor, dan sombong mesti dijauhkan dalam sikap hidup kita. Karena orang yang suka berlebih-lebihan merupakan tanda sikap individualistik yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa mempedulikan nasib orang lain di sekitarnya.
Gaya hidup berlebih-lebihan inilah yang sering diperingatkan Allah dalam Alquran. Karena sikap ini adalah awal bencana dalam kehidupan sosial. Jika dalam diri seseorang telah tertanam ambisi untuk memperkaya diri sendiri ia akan sangat mudah terseret untuk menghalalkan segala cara demi meraih apa yang ia cita-citakan. Dan ini sangat berbahaya bagi kehidupan sosial.
Dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar. Orang akan makin asyik dengan perilaku negatif yang dilakukannya. Akhirnya jika gaya hidup berlebih-lebihan terus dipupuk lambat laun ia akan menjadi budaya yang berakar kuat.
Rasulullah SAW adalah satu teladan mulia yang memperlihatkan sikap sederhana. Meskipun beliau memiliki kedudukan terpandang di masyarakat Arab kala itu beliau sama sekali tidak berobsesi dan berkeinginan untuk memamerkan kedudukannya.
Rumah beliau sangat sederhana. Alas tidur pun hanya pelepah daun kurma yang membekas di pipi beliau setiap kali bangun tidur. Sikap hidup sederhana ini pulalah yang dibudayakan oleh para khalifah sepeninggal Nabi SAW.
Menahan makan dan minum di bulan suci Ramadhan merupakan cara efektif melatih seseorang menjadi sosok-sosok manusia sederhana dalam kehidupan sosialnya. Jika makan dan minum saja dibatasi apalagi berumah megah dan bermobil mewah.
Untuk kebutuhan primer saja kita telah dibatasi untuk sesederhana mungkin. Apalagi untuk kebutuhan sekunder dan tersier. Kalaupun kita kaya sesungguhnya bukan untuk bermewah-mewah.
Kekayaan merupakan fasilitas dari Tuhan agar kita bisa berbuat baik lebih banyak lagi untuk menolong orang yang membutuhkan. Mungkin dengan cara membuat lapangan pekerjaan lebih banyak, membuat sekolahan dan rumah sakit, mendirikan masjid atau madrasah atau apa pun yang bisa bermanfaat bagi sesama.