Saya jadi berfikir apakah salah ketika rakyat menjadi apatis dengan tidak mau mendatangi TPS (Golput) karena sudah jengah melihat tingkah laku yang sering kali ditunjukkan oleh wakil-wakil rakyat diparlemen, mulai dari korupsi, tindak asusila dan tindakan memuakkan lainnya… (meskipun saya yakin tidak semua seperti itu), dan saya yakin sebenarnya rakyat tidak ingin golput rakyat ingin memilih wakil mereka diparlemen, untuk bisa dijadikan tempat mengadu, berkeluh kesah dan memperjuangkan nasib mereka… rakyat ingin memilih dan melihat wakil-wakil mereka diparlemen menjadi figur-figur yang menjadi tauladan….
Golput saat ini sebenarnya bukan pilihan tapi karena terpaksa. Golput dari masa-ke masa mempunyai beragam alasan dan pemilih yang berbeda, dimasa Orde Baru Golput menjadi pilihan “kalangan menengah”, biasanya yang memilih Golput adalah mahasiswa, aktifis LSM dan kalangan terpelajar lainnya, alasan saat itu karena Pemilu dianggap hanya formalitas saja, karena pemenang Pemilu sudah bisa ditebak jauh hari bahkan sebelum pemilu dilaksanakan.
Mulai pemilu 1999 penyelenggaraan pemilu yang demokratis, langsung, umum, bebas dan rahasia benar-benar bisa dilaksanakan. Setelah Pemilu demokratis bisa terlaksana ekpektasi masyarakat begitu tinggi bahwa gambaran penyelenggaraan negara yang ideal seperti yang telah diimpikan selama hampir 32 tahun akan terwujud.
Namun apa yang kita lihat saat ini pemilu demokratis sudah terlaksana 3 kali , 1999, 2004,2009 sebentar lagi 2014 dari 3 kali pemilu apa yang diidamkan oleh masyarakat begitu sulit tercapai… Namun kita tidak boleh apatis apalagi putus asa indonesia masa depan harus lebih baik lagi…. dan saya kira Golput bukan pilihan yang bijak, mari kita gunakan hak pilih kita untuk indonesia lebih baik….