Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Artikel Utama

Danau Gunung Tujuh, Si Cantik dari Tanah Kerinci

2 Desember 2012   14:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:18 873 4

Gunung Kerinci dan Gunung tujuh merupakan satu paket, ibarat sayur tanpa garam jika berkunjung ke Jambi lalu mendaki Gunung Kerinci, tak lengkap rasanya jika tidak menginjakkan kaki pula di Danau Gunung Tujuh. Memandangi Danau Gunung Tujuh dari puncak Kerinci (3.805 mdpl) dengan airnya yang terlihat kebiruan nun jauh disana, ditambah lagi sedikit tertutup awan putih  membuat saya takjub. Tak sabar rasanya ingin melihat dan merasakan lebih dekat keindahannya.

Dengan mobil sewaan kami ber dua belas bertolak ke Desa Pelompek, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Indonesia dimana danau Gunung Tujuh berada. Berada pada ketinggian 1.950 mdpl, menjadikan Danau Gunung tujuh sebagai danau tertinggi di Kawasan Asia Tenggara.  Danau ini masih termasuk dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit kami akhirnya tiba di Desa Pelompek. Kami bergegas mencari petugas yang mengurus tiket untuk masuk Danau Gunung Tujuh. Sayangnya petugas yang biasanya sedang tidak ada,  akhirnya kami membayar pada seorang Bapak yang sepertinya sudah biasa menggantikan. Kami membayar tanpa memperoleh tiket, masalah uang ini pula yang menurut teman kami Ferdi dan Murdam nominal yang dibayarkan seringkali tidak sama, hal ini berdasarkan pengalaman ketika mereka mengantar teman-teman yang berkunjung ke sana. Saya sebagai bendahara di tim membayar Rp 2500/orang.

Berada di kawasan hutan, track yang kami lalui terkadang dipenuhi dengan akar-akar. Track ini sebetulnya tidak terlalu sulit untuk dilalui, namun karena kondisi kami yang baru sehari sebelumnya mendaki kerinci membuat kami agak tersendat juga melewati track. Kaki saya terasa ngilu ketika harus melewati track yang agak menanjak tersebut. Namun  kami tetap bersemangat, kecantikan Danau Gunung Tujuh sudah tak sabar ingin kami saksikan.

Setelah berjalan sekitar 2,5 jam akhirnya kami tiba di sebuah tanah datar. Inilah rupanya puncak Gunung Tujuh. Untuk menuju ke danau kita masih harus berjalan menuruni track yang kemiringannya lumayan membuat saya semakin terseok dan kaki yang ngilu semakin terasa. Tiba di bawah, amboi sejauh mata memandang, hanya hamparan air jernih bagai lautan luas terbentang, di kejauhan meski tak terlalu jelas karena sedikit tertutup kabut kami menyaksikan gunung-gunung yang mengelilingi Danau. Inilah rupanya si cantik yang pesonanya mulai menggoda kami sejak masih berada di ketinggian Kerinci. Menurut beberapa literatur Danau Gunung Tujuh dikelilingi oleh 7 gugusan gunung. Ketujuh gunung tersebut terdiri dari Gunung Hulu Tebo (2.525 mdpl), Gunung Hulu Sangir (2.330 mdpl), Gunung Madura Besi (2.418 mdpl), Gunung Lumut (2.350 m dpl), Gunung Selasih (2.230 mdpl), Gunung Jar Panggang (2.469 mdpl) dan Gunung Tujuh (2.735 mdpl). Saya pun iseng menghitung, namun kabut menghalangi saya menghitung dengan sempurna jumlah gunung yang mengelilingi gunung tujuh.

Sambil menikmati makan siang lalu minum teh, kami puaskan untuk menikmati panorama Danau Gunung Tujuh ini. Seorang bapak dan anaknya menawarkan kami untuk berperahu ke seberang Danau yang menurut Ferdie pemandangannya lebih indah karena bisa melihat hamparan pasir putih dan juga bertenda sambil menikmati seafood yang ditangkap lalu dimasak. Hmmmm, bukan tak ingin kami kesana, namun waktu yang tidak memungkinkan karena malamnya kami harus bertolak ke Bangko untuk selanjutnya menuju Jakarta. Kami harus cukup puas dengan kondisi ini, berdiri di batu-batu besar lalu memandang ke seberang seraya berharap dikesempatan lain bisa kembali lagi ke Danau Gunung Tujuh untuk menikmati pesona sun rise dan sun set nya yang pasti akan memukau. Indahnya pemandangan ini sayangnya tak bisa terdokumentasi dengan baik Karena keterbatasan kamera digital saya, sementara jika melihat hasil jepretan teman hasilnya benar-benar memukau (Hmmmm jadingiri.com he he).

Hujan yang turun tiba-tiba membuat kami kocar-kacir segera mengemasi peralatan dan selanjutnya bergegas untuk kembali. Untungnya saya membawa paying dan Jas hujan plastik sehingga cukup terlindungi dari derasnya hujan. Jika sebelumnya untuk mencapai danau kami harus turun melawati track yang curam kali ini kami terseok melewati kembali track tersebut, bedanya kali ini menanjak. Setelah track ini terlewati kami sedikit berlari karena berkejaran dengan hujan yang disertai petir. Kami melangkah penuh kehati-hatian karena khawatir terpeleset akibat licinnya track. Ketika hujan akhirnya reda kami terus berjalan hingga akhirnya sore hari sekitar pukul 16.00 WIB kami tiba kembali di pintu gerbang. Alhamdulillah, tinggal menunggu mobil sewaan yang akan menjemput dan mengantar kami kembali ke Kersik Tuo.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun