Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Sosok Fenomenal Tamsil Linrung; Dari Pemasok Senjata Sampai Mafia Anggaran

19 September 2011   08:37 Diperbarui: 4 April 2017   17:06 5268 0
Politisi Partai Keadilan Sejahter (PKS)  Tamsil Linrung sekarang sedang menjadi buah bibir. Hampir semua media massa memberitakan sosok politisi PKS ini. Seiring dengan semakin kuatnya keinginana publik untuk membongkar mafia anggaran di DPR, politisi ini muncul ke pemberitaan publik karena keterlibatannya dengan mafia anggaran. Tamsil Linrung sebenarnya bukan sosok yang misterius. Tamsil Linrung lahir pada tanggal 17 September 1961, di Puskesmas Mandalle, Pangkep, Sulawesi Selatan. Masa kecilnya dihabiskan di kampung halamannya, Segeri Mandalle. Pendidikan dasarnya ia tempuh di sebuah sekolah negeri, SD Tamarupa di Limoe. Setamat SD, Tamsil melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) Segeri. Di jenjang pendidikan sekolah menengah ini ia juga menimba ilmu mendidik di PGA–Pendidikan Guru Agama. Setamat dari SMEP Tamsil mendaftarkan diri pada Sekolah Pendidikan Guru (SPG) di Bungoro, Pangkep. Namun, tinggi badannya tidak memenuhi syarat saat mendaftar, sehingga akhirnya masuk ke SMA di Pangkep. Tak betah di SMA Pangkep, ia pindah ke SMA Parepare sampai menamatkan belajarnya. Setamat SMA ia mengincar IKIP Ujungpandang. Karena ingin menuruti keinginanan orang tuanya sebagai guru. Tamsil aktif di HMI sejak masuk kampus IKIP Ujungpandang dan masuk kelompok yang anti asas Tungggal. Tamsil Linrung bersama Eggi Sujana dan kawan-kawan  seperjuangannya kemudian mendeklarasikan HMI MPO (Majelis Penyelamatan Organisasi) yang menjadi tandingan PB HMI yang bermarkas di Jalan Diponegoro (Jakarta). Tamsil sempat menjabat Sekjen terpilih sebagai Ketua Umum PB HMI MPO periode 1988-1990. Tamsil sempat diciduk aparat keamanan karena diduga sebagai salah satu penggerak massa. Pengintaian aparat terhadap Tamsil mengendur ketika Tamsil resmi masuk kumpulan cendekiawan Muslim, ICMI. Sejumlah tokoh Islam yang dekat dengan dirinya merekomendasikan dan mengajaknya masuk ICMI sehingga Tamsil tak keberatan. Tamsil pun sangat aktif di ICMI. Awalnya ia masuk struktur pengurus-Sekretaris Umum–di Korwil ICMI DKI Jakarta. Posisi terakhir ia masuk jajaran pengurus pusat ICMI Pusat di bawah Ketua Umum Adi Sasono. Dua tahun menjabat Sekum, ia bergabung dengan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Ia dipercaya sebagai Bendahara Umum di lembaga tersebut. Saat terjadi konflik horizontal di sejumlah daerah, khususnya Maluku dan Poso DDII mendirikan lembaga kemanusiaan KOMPAK (Komite Penanggulangan Krisis). Tamsil yang ditunjuk sebagai ketua melaksanakan tugas kemanusiaannya. Secara rutin dan terprogram KOMPAK memberikan bantuan bahan pangan serta obat-obatan ke wilayah konflik. (http://tamsillinrung.wordpress.com/about/) Tamsil Linrung pernah dituding sebagai anggota Teroris Internasional ia bertindak sebagai pemasok senjata untuk membantu perjuangan gerakan teroris Islam Mindanao. Akhirnya ia ditahan di Philipina. Tamsil Linrung bersama dengan kedua temannya yaitu; Agus Dwikarna, dan Abdul Jamal Balfas berangkat dari Jakarta pada 9 Maret 2002 menuju Bangkok, lalu ke Manila, dilanjutkan kembali ke Bangkok sebelum kemudian kembali ke Jakarta. Tetapi saat akan ke Bangkok (13/3) di Bandara Ninoy Aquino mereka dinyatakan sebagai tahanan polisi karena menyelundupkan senjata. http://arsip.gatra.com/2002-04-01/artikel.php?id=16550 Dalam pengakuannya Tamsil Linrung, menceritakan tentang kisah  penangkapan dan penahanannya dengan tuduhan sebagai teroris di  Philipina selama 36 hari. Dikemukakannya, selama di Filipina dirinya  berstatus mirip raja karena selalu dikawal dan bisa jalan-jalan bebas.  "Saya bisa makan di tepi pantai bersama pengawal. Saya bisa  berkaraoke ria dengan keluarga intel Filipina. Kenapa? Karena, mereka  bilang penangkapan dan penahannya itu order dari sebuah institusi  keamanan di Jakarta. Jadi, pengamanannya pun tidak ketat yang penting sudah ditangkap dan ditahan," tutur Tamsil Linrung. Tamsil Linrung,  juga menceritakan soal Amien Rais yang didatangi oleh dua petinggi BIN di Jakarta, pada saat dirinya ditangkap di Filipina sehingga  akhirnya jabatan dia sebagai Bendahara DPP PAN "dilenyapkan". http://www.superkoran.info/forums/viewtopic.php?f=1&t=3016 Sebagaimana diberitakan tribunnews.com dalam menjalankan mafia anggaran, ia bekerja dengan Iskandar Prasadjo alias Acos a. Sebagaimana diketahui salah satu pihak yang disebut-sebut sebagai makelar dalam kasus suap program percepatan pembangunan infrastruktur daerah transmigrasi adalah Acos.  Di depan penyidik KPK, Acos mengakui kenal baik dengan Tamsil Linrung. Acos berperan sebagai Pengatur permintaan PPIDT dengan Badan Anggaran DPR untuk mendapatkan komisi sebesar 10 persen dari total keseluruhan dana proyek program Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah Transmigrasi (PPIDT) Kemenakertrans. Dia disebut-sebut sebagai tangan kanan Tamsil Linrung. http://id.berita.yahoo.com/acoz-akui-kenal-tamsil-linrung-164736007.html Menyadari kadernya mulai disebut-sebut di media massa dalam kasus proyek program Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah Transmigrasi (PPIDT) Kemenakertrans,   PKS melalui Fahri Hamzah  langsung bereaksi. Sebagaimamana diberitakan republika.co.id, PKS menolak jika salah satu kadernya, Tamsil Linrung, diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus suap Kemenakertrans. Tidak ada alasan kuat dari KPK yang mengharuskan anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR itu diperiksa. Menurutnya, ada  satu alasan yang membuat Tamsil tidak wajib untuk diperiksa KPK. Yaitu, kasus suap Kemenakertrans itu peristiwanya tangkap tangan. (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/09/19/lrr9vx-pks-tolak-tamsil-linrung-diperiksa-kpk) Tentu publik tidak lupa sepak terjang PKS dalam melindungi Nunun Nurbaeti istri anggota DPR dari PKS Adang Dorojatun, jika PKS tetap bersikukuh menolak Tamsil Linrung diperiksa KPK, kiranya tidak salah jika masyarakat menilai bahwa PKS bungker koruptor.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun