Terasa berbeda karena sholat jum'at kemarin adalah hari pertama diterapkannya shaf sholat dikasih jarak atau shaf social distancing di masjid biasa saya melaksanakan sholat jum'at.
Ternyata dengan shaf sholat di-setting jaga jarak atau shaf social distancing membuat suasana menjadi berbeda, ada semacam rasa percaya diri dan yakin aman dari potensi tertular virus Corona.
Sejauh ini, desa kami memang berada di zona hijau sehingga sampai hari ini untuk sholat jum'at masih terus diselenggarakan oleh masjid-masjid di desa kami.
Tetapi memang selama ini penerapan protokol kesehatan masih sangat kurang, baru sebatas disediakannya alat cuci tangan didepan masjid.
Rasa was-was tetap ada karena warga kami yang perantauan di kota zona merah sebagian besar ketika pulang kampung tidak disiplin melakukan karantina mandiri, sehingga sangat mungkin ikut sholat jum'at berjamaah.
Baru pada jum'at kemarin penerapan protokol kesehatan mulai diterapkan lebih baik lagi, yaitu dengan diterapkannya aturan shaf sholat dikasih jarak atau shaf social distancing.
Memang agak terasa asing bagi kami, tetapi juga sekaligus membuat kami lebih percaya diri dan merasa aman dari bahaya penularan virus Corona.
Semoga kedepan penerapan protokol kesehatan dipertahankan dan bisa diperbaiki lagi, misalnya dengan menambah pengecekan suhu badan dan wajib menggunakan masker ketika mau masuk masjid.
Atau jika memungkinkan dengan menyediakan disinfektan chamber didepan pintu masjid, sehingga rasa percaya diri dan tawakkal semakin tinggi.
Virus Corona semakin menyadarkan kami umat muslim di daerah zona hijau, bahwa begitu dahsyatnya Corona hingga mampu mengubah tatanan hidup beragama.
Shaf sholat yang sejak jaman Nabi Muhamdad diajarkan untuk se-rapat mungkin; "Luruskan shaf kalian dan rapatkan." (HR. Bukhari). Tetapi kini harus diubah selonggar mungkin gara-gara Corona.
Allohumma sallimnaa min Corona. Aamiin
Rori Idrus
KBC-57 Brebes Jawa Tengah
(Lawan Corona Pakai Konten)