Mohon tunggu...
KOMENTAR
Hobby Pilihan

Apa yang Membuatmu Sulit dalam Menulis?

3 Februari 2020   09:06 Diperbarui: 3 Februari 2020   09:08 917 56
Bagi sebagian orang menulis sungguh merupakan siksaan. Ada juga yang menulis jadi salah satu kesenangan. Anda termasuk yang mana?

Menulis yang saya maksud adalah menyusun huruf menjadi kata, dan menuyusun kata menjadi kalimat. Menyusun kalimat menjadi paragraf yang memiliki makna.

Kadang saya jadi heran, ketika dalam sebuah percakapan via chatting rekan-rekan mengatakan bahwa menulis sangat susah, tidak pede, tidak punya ide, dan seterusnya, untuk dituangkan dalam sebuah tulisan.

Nyatanya dalam obrolan chatting mampu berlama-lama hingga berjam-jam. Kalau arsip chattingnya dikumpulkan bahkan mampu menjadi beberapa tulisan yang sangat menarik.

Coba sekarang bayangkan, ketika kita chatting yang kita tulis apa? Pastilah sebuah kalimat. Apakah rekan yang kita ajak ngobrol paham? Tentu sangat mengerti, bahkan kadang baper juga. Ada yang sampai marah-marah karena obrolan kita. Ada yang sendu sampai meneteskan air mata.

Dalam kerangka berpikir di atas, artinya keluhan tentang sulitnya membuat tulisan adalah karena menganggap bahwa tulisan yang mereka maksud berupa sebuah artikel dengan ketentuan-ketentuan yang sebenarnya tidak mereka pahami.

Nyatanya ketika obrolan disusun kembali menjadi paragraf-paragraf tertentu dapat menjadi sebuah artikel. Di sana sudah memuat informasi, membawa nuansa hati. Dan orang lain mampu mencerna apa yang kita tulis. Secara sederhana kita telah mampu menulis sebuah artikel yang layak untuk dibaca orang lain.

Jadi adalah tidak benar ketika diminta menulis, banyak dari kita mengatakan tidak bisa menulis.

Kesulitan yang dihadapi adalah ketika ingin menulis sebagian kita menulis apa yang tidak diketahui. Mencari-cari topik yang sebenarnya tidak ada hubungannnya dengan kehidupan kita sehari-hari. Jika seperti ini bisa saja benar, menulis merupakan hal yang sulit.

Soalnya sebelum menulis kita harus membaca topik yang akan kita jadikan bahan tulisan. Mengingat-ingat atau menghapal. Sementara kelemahan kita adalah malas dalam membaca dan menghapal informasi.

Kalau menulis dianggap sebagai sebuah obrolan yang tertuang dalam sebuah tulisan dengan topik yang memang ingin kita sampaikan maka menulis sungguh mudah dilakukan. Persis ketika chatting kita lakukan. Anggap saja ketika menulis kita sedang chatting dengan seseorang.

Kan kalau chatting tak perlu mikir. Kalau menulis perlu mikir. Siapa bilang chatting tak mikir? Nyatanya demikian banyak informasi yang kita sampaikan ketika chatting. Mustahil tidak mikir. Nyatanya kalimat yang kita kirim terbaca dan dapat dipahami lawan chatting kita.

Pertanyaaannya mengapa sepertinya tidak mikir? Kalau sebuah informasi sudah berapa dalam benak kita lalu apa yang dipikirkan? Kan tinggal menyampaikan. Demikian juga menulis terhadap sesuatu yang kita kuasai.  Secara tidak disadari akan tersusun kalimat yang sangat banyak yang memuat berbagai informasi yang mendukung apa yang kita sampaikan.

Jadi untuk memulai menuliskan sesuatu, mulailah menuliskan apa yang ingin disampaikan ke orang lain. Akan lebih mudah jika menulis sebuah tulisan seperti menulis ketika chatting.

Dengan berjalannya waktu tentu sedikit demi sedikit kita akan mampu menentukan mana yang jadi paragraf pertama, kedua dan seterusnya, hingga membuat rangkuman atau simpulan dari apa yang sudah kita tulis.

Kuncinya tetap saja, belajar dan belajar, berlatih dan berlatih. Membaca juga merupakan salah satu kegiatan menggali informasi. Semakin banyak dan bervariasa materi dan topik yang kita baca maka wawasan kita juga akan semakin luas.

Dengan banyak menbaca dan menggali informasi maka cakupan pengetahuan yang ingin kita tuangkan dalam tulisan menjadi semakin lengkap dan beragam.

Apa pun yang ada di sekitar kita, apa pun yang kita alami, teman kita, orang-orang, dapat dijadikan tulisan. Pengamatan terhadap obyek dan kejadian perlu dilatih agar lebih mendetail dan lengkap. Tak perlu mencari topik bahasan yang memamg tidak kita ketahui atau tidak kita pahami.

Pertanyaan terakhirnya, kalau kita sanggup menyampaikan tulisan dalam status di media sosial dan mampu menuliskan obrolan yang sangat panjang, mengapa mengalami kesulitan ketika diminta untuk menulis?

Maka jawabannya adalah pemahaman tentang apa itu tulisan dan apa itu obrolan dalam bentuk tulisan perlu disederhanakan lagi. Menulislah sepeti ketika menulis status di media sosial. Menulislah seperti ketika ngobrol dengan rekan anda dalam bentuk chatting.

Dengan demikian secara tidak disadari suatu saat nanti anda akan menjadi penulis yang mampu menuliskan apa yang ingin dituliskan dan dipahami oleh pembaca.

Tak perlu cemas tentang kaidah yang salah, atau narasi yang tidak dipahami oleh pembaca. Kalau kita memang menuliskan sesuatu yang benar-benar kita kuasai niscaya orang yang membaca tulisan kita akan mengerti maksud kita.

Mudah-mudahan tulisan sederhana ini mampu menjadi motivasi bagi calon penulis yang mengalami kesulitan menyampaikan gagasan dalam bentuk tertulis. Intinya, pede aja kali. Setiap tulisan yang kita unggah pasti ada pembacanya. Percaya? Selamat mencoba.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun