PUASA diperintahkan kepada manusia untuk menemukan kesejatian makrokosmos Tuhan di dalam diri. Ia tak sekadar menahan diri atas segala sesuatu yang berwujud fisik, melainkan juga dimensi rohani yang lembut, abstrak, dan tak kasat mata sehingga dibutuhkan iman sebagai fondasi teologisnya. Oleh karena puasa sebagai laku menahan diri demi menemukan kesejatian, ia dinilai oleh Tuhan secara langsung dan privat. Manusia, dalam konteks sebagai subjek, tak dapat mengalkulasi atas limpahan langsung dari-Nya. Kuantitas pahala yang acap kali diperhitungkan manusia tak berlaku di sini.
KEMBALI KE ARTIKEL