Pada reaksi redoks yang terjadi pada sel Galvani atau sel volta, muncul yang namanya aliran elektron yang menyebabkan adanya arus listrik di. Berdasarkan arus listrik yang terjadi tergantung pada besarnya beda potensial antara kedua elektroda atau anoda dan katoda. Apa sebenarnya beda potensial tersebut beda potensial tersebut adalah potensial sel . setiap potensial sel yang terjadi akan berbeda-beda tergantung pada jenis elektrodanya, suhu larutan elektrolit dan konsentrasi larutan tersebut. Jadi dengan gabungan berbagai jenis elektroda akan menghasilkan potensial sel yang berbeda-beda. Potensial elektroda standar adalah potensial sel yang terdiri atas setengah sel Galvani dengan konsentrasi 1 M pada Suhu 25 derajat Celcius dihubungkan dengan setengah sel hidrogen. Jika sebuah elektroda yang potensial standarnya lebih besar dari hidrogen maka lebih mudah mengalami reduksi misalnya tembaga cu2+ menjadi Cu punya potensial elektroda = Â +0,34 volt.
Intinya jika suatu zat mempunyai air reduksi besar berarti ia lebih mudah mengalami reduksi dan susah mengalami oksidasi dan sebaliknya jika suatu zat mengalami oksidasi dan punya reduksi kecil maka ia sukar mengalami reduksi dan lebih mudah mengalami oksidasi suatu reaksi redoks dapat berlangsung spontan jika sel = potensial reduksi standar zat yang tereduksisampai - potensi reduksi zat yang teroksidasi >0. Dari kiri ke kanan nilai r reduksi semakin besar atau oksidator kuat maka akan terbentuk deret yang dikenal dengan nama deret volta
Li-K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Cr-Fe-Cd-Ni-Sn-Pb-H-Sb-Bi-Cu-Hg-Ag-Pt-Au.
Semakin ke kiri kedudukan suatu logam dalam deret volta menandakan
Logam semakin reaktif atau mudah melepas elektron. logam merupakan reduktor yang semakin kuat sebaliknya Semakin kanan kedudukan logam dalam deret volta menandakan : logam semakin kurang reaktif atau sukar melepas elektron kationnya merupakan oksidator yang semakin kuat (Nasution, M., 2019).