Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Tentang Ruyati yang Dihukum Mati di Arab Saudi

19 Juni 2011   16:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:22 292 0
melihat democrazy
membuat miris sekaligus geram dengan negara ini.
Lagi lagi entah untuk ke berapa puluh/ratus kalinya
TKW kita dihukum pancung di Arab Saudi

Ruyati (54th) seorang TKW di Arab saudi yang mengaku sering mendapat perlakuan kasar dari majikannya, sampai satu saat dia membunuh majikan perempuannya, yang menurut logika saya, itu adalah sebagai bentuk perlawanan/membela diri.
(http://www.detiknews.com/read/2011/06/19/124055/1663347/10/kronologi-pemancungan-ruyati)

Tapi, pun misal itu memang membela diri, apakah Ruyati tetap akan dibebaskan dan diampuni?
Saya pribadi gak yakin
Karena posisi TKW disana beda dengan majikan. Strata TKW adalah setara budak, sehingga tidak ada hak yg sama di depan hukum dibanding majikannnya.
Dan ANEHnya, pemerintah hanya bisa diam, cuma melobby saja, yang lalu karena tidak diijinkan, pulang berpangku tangan.

Kalau saja negara ini punya nyali, kita bisa saja memutus hubungan diplomatis dengan Arab Saudi dan menarik perwakilan kita disana.
Tentu, buanyaak pejabat teras negara ini tidak setuju.

Bayangkan sebuah timbangan
di satu sisi nyawa Ruyati, seorang yang bukan siapa2 cuma TKW belaka
sedangkan di sisi lain adalah kepentingan investasi, nilai ekspor impor, tumpukan devisa, ketergantungan minyak bumi, hubungan bilateral di bidang ekonomi dan keagamaan, dan sejumlah hubungan tetek bengek lainnya.
Tentu pejabat2 itu berpikir tidak sebanding.
Gak masuk akal mengorbankan nilai ekonomis jutaan dollar dengan sebuah nyawa manusia yang renta dan miskin di negerinya sehingga harus mengais uang di sela sela kaki majikannya di Arab sana.

Semua akhirnya cuma masalah uang dan ketergantungan...
Dan semakin negara ini berkelindan dengan negara lain, ditambah tidak adanya seorang pimpinan (bukan atasan), selamanya negara ini gak pernah akan punya nyali dan cuma menjadi boneka mainan negara lain.

Ironisnya, tepat beberapa hari sebelumnya, 'kita' mendapat standing ovation saat memberikan pidato di ILO, sebuah organisasi yang seharusnya melindungi hak2 buruh di dunia.
Jika demikian kita dipuja, lalu posisi Ruyati dan puluhan TKW lainnya yang menunggu hukuman mati ini sebagai apa??

its all FAKE!

Kita tak bisa melarang adanya TKW walaupun kita(saya) sangat tidak setuju dengan hal itu.
Namun keberadaan TKW ini hanyalah sebuah akibat, dari sebuah kegagalan proses penyediaan lapangan kerja di negeri sendiri.
Maka satu2nya cara mengurangi TKW adalah dengan menyediakan lapangan kerja di negeri sendiri.
Itu adalah kewajiban negara sebagai pengampu kekuasaan rakyat.
Dan ketika TKW timbul karena tidak ada pekerjaan di negeri sendiri,lalu terjadi hal2 seperti ini menimpa ratusan/ribuan TKW kita di negeri orang.
Siapa pihak pertama yang patut disalahkan?

Yasudalah...
Mungkin kita bisa membaca berita2 miris spt ini dengan santai2 tiduran sambil memegang blekberi dan cuma sesaat tersentuh,
lalu nanti hilang dari ingatan seiring kita tertawa saat menonton OVJ atau sibuk dg tugas kerja/kuliah
sedangkan tragedi2 lainnya tengah menunggu dieksekusi.
We do nothing

Tapi seandainya Ruyati adalah sodara kita, atau bahkan ibu kita, atau bahkan dia adalah diri kita, yang harus menangis di negeri orang karena tak bisa berbuat apa2 tinggal menunggu hasil sidang dan sebilah pedang memutus leher kita, tanpa bantuan siapapun, tanpa advokasi... semua PASTi beda artinya.

Dan jika mungkin keluarga ybs punya keterbatasan sehingga tidak bisa menulis/mengungkapkan perasaannya
semoga tulisan ini bisa membantu

Terakhir,
demi Allah, mari sejenak tundukkan kepala dan baca Al Fathihah atau doa sesuai keyakinan anda, untuk Ruyati dan banyak lagi yang tertindas disana
Sungguh bukan cuma cliche atau cuma omong kosong, tapi mari kita berdoa sejenak untuk mereka.

Kita mungkin tidak mampu berbuat apa2, tapi semoga dengan doa kita, Tuhan Yang Maha Esa berkenan menurunkan cinta dan kuasaNya agar ketidakadilan ini tidak lagi ada.

Amin

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun