Setelah saya riset ke sana kemari termasuk reputasi liga konsultan ini, saya malah tersenyum dan merasa gimana gitu. Kenapa yak bangsa Indonesia ini selalu terpesona dengan yang serba dari luar negeri. Kita seperti rendah diri dan nggak sanggup bersikap kritis. Begitu dikasih award dengan label yang terbaik di dunia, sepertinya kita mabuk kepayang sehingga tidak mengecek lagi reputasi lembaga yang kasih award. Apa susahnya sih bikin surat keterangan perusahaan anda jadi yang terbaik di dunia untuk kategori ini, itu, dan blablabla kalau hanya lewat sepucuk surat lewat email? Saya malah teringat pengalaman teman-teman konsultan yang hobi sekali memberikan award-award berbayar kepada kliennya. Saya jadi tahu karena saya pernah menjadi wartawan dan pernah bekerja di konsultan PR selama 10 tahun.
Istilah award berbayar ini mulai ramai sejak 10 tahun yang lalu di Indonesia. Award berbayar ini bisnis yang menggiurkan buat konsultan public relation. Kalau sekarang di musim pemilu begini, akun berbayar di twitter yang menjanjikan. Bayangkan, seorang calon gubernur mau membayar Rp 3 miliar untuk jasa ngetweet ke pemilik akun anonim yang memiliki ratusan ribu follower. Nah, kembali ke award-award berbayar tadi, saya ingin berbagi pengalaman bagaimana modus award berbayar ini selalu mencari perusahaan untuk dijadikan mangsa. Bagaimana bisnis award berbayar ini beroperasi?
Biasanya beberapa konsultan, katakanlah 10 konsultan yang masih terhitung kawan membuat lembaga baru. Bentuknya tidak format dan tidak mengikat seperti forum, liga, sindikasi dan lain-lain. Lalu mereka membuat nama baru untuk forum atau liga ini termasuk membuat nama award dan kategori award yang akan diberikan. Alamat kantornya bisa menumpang di kantor salah satu konsultan anggota forum secara bergiliran. Kalau perlu saweran untuk sewa ruko kecil dengan satu dua telepon dan fax dan karyawan pinjaman dari salah satu konsultan untuk jaga kantor. Setelah ada alamat kantor, nama lembaga, dan award yang akan diberikan, mulailah mereka menawarkan kepada perusahaan-perusahaan untuk ikut kompetisi atau apalah sejenisnya.
Selain menawari perusahaan, ada juga konsultan yang diam-diam mengikutsertakan materi yang mereka buat untuk ikut kompetisi. Misalnya, konsultan A membuat laporan tahunan salah satu perusahaan kliennya. Lalu dia mengikutkan laporan tahunan ini ke kompetisi yang dibuat oleh lembaga yang dia buat sendiri bersama teman-temannya. Supaya adil, pemenang penghargaan model ini biasanya dibagi rata ke perusahaan yang menjadi client konsultan-konsultan yang bergabung di lembaga, forum, atau liga yang mereka buat. Misalnya, konsultan X minta jatah award best marketing untuk perusahaan kliennya. Konsultan Y minta award best performance untuk perusahaan kliennya dan seterusnya.
Lalu apa untungnya bagi konsultan dengan memberikan award-award seperti itu. Yah, minimal bisa unjuk dirilah ke perusahaan yang jadi clientnya kalau perusahaan elo kami pegang, nih buktinya dapat penghargaan. Ujung-ujungnya apalagi kalau bukan dapat kontrak baru atau boleh juga kontrak ditambah dan dipanjangin. Biar kelihatan makin keren, award-award itu diberitakan di media. Tapi, ingat loh, biasanya berita award-award begini ini berbayar juga dengan membeli kapling di koran atau majalah.
Selain model tadi, ada lagi modus lain yang dijalankan konsultan-konsultan di Indonesia yakni daftar jadi member asosiasi atau liga konsultan di luar negeri. Gak perlu datang langsung dan verifikasi berkualitas nggak liga atau forum karena cukup daftar online dan bayar iuran tahunan. Setelah jadi anggota, konsultan ini biasanya punya hak untuk mengikutkan perusahaan yang jadi clientnya untuk milih award apa yang diinginkan. Tentulah harus bayar dulu. Di liga konsultan PR yang saya sebut di atas contohnya, untuk dapetin satu award biaya daftarnya bervariasi antara USD 400-800 per item. Jadi kalau katakanlah saya punya 5 client, saya harus milih award-award apa yang bisa saya dapat untuk masing-masing client.
Biasanya setiap member liga atau forum ini punya jatah dapat 3 award, tergantung paket anggota yang dipilih. Makin besar paketnya, makin banyak award yang boleh dipilih. Satu ketegori award hanya diberikan kepada perusahaan client untuk satu periode saja. Tahun berikutnya award ini pasti diberikan kepada perusahaan client yang lain. Contohnya begini. Tahun 2011, vision award diberikan kepada perusahaan K yang menjadi client konsultan X. Nah, tahun 2012, vision award ini tidak mungkin diberikan lagi kepada perusahaan K. Award kategori ini pasti diberikan kepada perusahaan M yang juga menjadi client konsultan X. Kok bisa begitu? Ya, inilah yang namanya bisnis award berbayar. Award diberikan bukan karena penilaian kinerja, tapi cuma jatah yang sudah dikapling oleh konsultan.
Kalau mau bukti, coba deh cek, ada gak satu perusahaan dapat award kategori yang sama dari liga atau forum konsultan PR ini dua tahun berturut-turut? Gak ada bro. Tahun 2011 yang dapet perusahaan K, tahun 2012 gantian perusahaan M, tahun 2013 yang dapat perusahaan O dan tahun 2014 perusahaan R. Nah, yang perlu kita tahun perusahaan-perusahaan yang dapat award ini jadi client konsultan yang sama. Konsultan inilah yang daftar jadi member forum atau liga konsultan di Amerika biar dapat jatah award-award untuk clientnya. Perusahaan yang jadi client gak tahu apa-apa, eh tahu-tahu dapat kabar terima award aja. Terimanya sih bukan pakai upacara, cukup kirim pakai email hehehehe.
Terus apa untungnya buat konsultan dan kenapa perusahaan yang dapat award gak dilirk media? Entar ya kita sambung ceritanya…