Sebetulnya, demokrasi bukan sekadar sedang mengarah menuju kleptokrasi. Dalam buku Ilusi Negara Demokrasi pada tahun 2009, dijelaskan bahwa demokrasi justru identik dengan kleptokrasi itu sendiri. Pasalnya, kleptokrasi sesungguhnya tidak sekadar ditunjukkan oleh perilaku korup para pejabat atau wakil rakyat, sebagaimana yang kita saksikan secara telanjang hari ini. Kleptokrasi justru melekat dalam sistem demokrasi yang memang selalu didominasi oleh kekuatan para pemilik modal yang kemudian selalu sukses mencuri kedaulatan rakyat atas nama demokrasi.
Seperti Amerika Serikat sendiri sebagai negara kampiun demokrasi. sekitar pada tahun 1972 menerbitkan buku “Who Really Runs Congress?” Buku ini menceritakan betapa kuatnya para pemilik modal mempengaruhi dan membiayai lobi-lobi Kongres. Kenyataan ini diperkuat oleh “The Powergame” pada tahun 1986 karya Hedrick Smith yang menegaskan bahwa unsur terpenting dalam kehidupan politik Amerika adalah uang, duit, dan fulus yang intinya sama saja.
Akibatnya, kedaulatan rakyat sesungguhnya hanya jargon kosong belaka. Sebab, yang berdaulat pada akhirnya selalu para pemilik modal. Maka dari itu, benarlah apa yang diteriakkan oleh Huey Newton, pemimpin Black Panther, pada tahun 1960-an, “Power to the people, for those who can afford it” (Kekuasaan diperuntukkan bagi siapa saja yang mampu membayar untuk itu).
Demokrasi adalah penyelesaian masalah/membuat keputusan secara kekeluargaan. dipimpin oleh seorang pemimpin yang harus dihormati dan bisa berlaku adil,penuh pertimbangan, dan mengutamakan kenyamanan dan kepentingan bersama. Tapi karena sempitnya pandangan masyarakat Indonesia, atau banyaknya kaum ekstrimis yang berpandangan sempit, maka demokrasi berubah menjadi liar karena dari kleptokrasi tersebut.