Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Tenggelamnya Pulau Bunaken dan Kesedihan Putri Sangir

17 Juli 2011   08:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:36 748 13
[caption id="attachment_120075" align="aligncenter" width="550" caption="Bunaken (Photo oleh R-82, 3 Tahun yang lalu)"][/caption]

Hari ini, gelombang di sekitar Manado terlihat besar. Ombak di pantai Boulevard terlihat hampir menyentuh jalan Trans Sulawesi yang berada tepat beberapa meter dari lautan. Biasanya disini ombak memang besar, tapi kali ini terlihat sangat berbeda dari hari sebelumnya.

Malam Minggu kemarin, Boulevard tampak sepi pengunjung. Keindahan yang ada di pantai itu sepertinya telah menjadi sesuatu yang menakutkan. Ombak yang menabrak bebatuan di pantai Boulevard, terdengar begitu keras. Suaranya terdengar hingga ke daerah Karombasan yang berada sekitar 1 KM dari pantai tersebut.

Dari pantai Boulevard para pengunjung bisa menyaksikan pulau Menado Tua. Dan tentu saja pulau Bunaken adalah pulau yang terlihat jelas darisana. Terpaan angin dan suara ombak menjadi penghias malam. Tapi jika deburan ombak sebesar ini, dengan semburan air laut terlihat tinggi setelah menabrak bebatuan, menjadi terlihat menakutkan.

Pagi ini sepertinya para pemilik toko di sekitar pantai Boulevard enggan membuka tokonya. Menjelang siang, selepas pergi ke Gereja biasanya para pemilik toko dan warung makanan memajang dagangannya. Tapi gelombang yang besar itu membuat mereka segan untuk membuka toko. Bahkan beberapa diantaranya telah mengungsi ke Tomohon. Mereka sengaja berkunjung ke rumah saudara atau temannya, karena keadaan di sekitar pantai terlihat menyeramkan.

***

Tepat jam 12 siang. Matahari masih tertutup awan hitam. Sejak pagi tadi memang awan menyelimuti daerah pesisir pantai itu. Gerimis mulai berjatuhan, warga yang berada di sekitar pantai boulevard masih depat menyaksikan gelombang yang sepertinya semakin besar saja. Deburan ombak itu seakan tidak mau berhenti. Menabrak karang dan bebatuan dengan suara deburan yang sangat keras.

“Ayo mengungsi! Pindah dari sini!”

Beberapa orang terdengar berteriak. Mereka bejalan dalam keadaan gerimis, sambil mengajak warga yang lainnya untuk mengungsi. Ari laut mulai meluap, mereka yang berjalan itu terlihat melipat celan panjangnya. Karena air di pinggir jalan sudah mencapai mata kaki.

Jalanan kini mulai ramai oleh lalu lalang manusia dan kendaraan. Mereka sepertinya akan beranjak untuk mengungsi. Mereka yang berjalan itu sesekali melihat ke arah pantai. Ketakutan mereka semakin bertambah kerena ombak semakin membesar.

***

Tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras. Warga berlarian mencari perlindungan. Pinggiran Mall Matahari, Corner dan Megamall telah dipenuhi orang-orang yang berlindung dari hujan. Sesekali mereka masih berusaha untuk menoleh, ke arah pantai yang tepat berada di belakang Mall tersebut. Karena deburan ombak itu masih terdengar dengan keras. Suaranya mengalahkan suara deras air hujan.

Dari Ketiga Mall terbesar yang ada di sekitar Boulevard itu terlihat kepanikan. Orang-orang berhamburan keluar dengan seketika. Karena gempa terasa hingga menggoyangkan meja, etalase dan lampu-lampu yang ada di sana.

Mereka berlari menjauh dari pantai. Mewaspadai akan adanya sunami, karena biasanya sunami datang setelah ada gempa. Gempa itu memang tidak telalu besar, namun kepanikan warga disana membuat mereka dengan segera berlari. Tanpa memperdulikan lagi air hujan yang membasahi mereka.

Suara klakson di jalanan terdengar bersahutan. Para pengemudi sepeda motor sepertinya ingin dengan segera keluar dari daerah sana. Hingga mereka mengemudikan sepeda motornya dengan tidak mematuhi aturan lalu lintas lagi. Beruntunglah mereka memang satu arah. Menuju ke tempat yang lebih tinggi.

***

Ditengah hujan yang deras itu, ketika deburan ombak semakin kencang terdengar. Langit sepertinya menjadi semakin gelap. Awah hitam begitu tebal menyelimuti. Kilatan petir mulai terlihat berkelebat. Guntur itu kemudian terdengar menggelegar, menambah suasana semakin mencekam.

Beberapa orang yang sedang berlarian kini berhenti. Dia mematung melihat sesuatu yang ada di tengah lautan. Samar ditengah air hujan yang berjatuhan, terlihat awah hitam itu semakin mendekati lautan. Sepertinya berupa sesuatu gulungan awan yang sangat besar.

Mereka yang berjalan itu berhenti, karena melihat orang lain melihat ke arah laut dengan sangat keheranan. Mereka seolah tidak perduli lagi dengan tubuhnya yang dibasahi air hujan. Mereka menunjuk ke arah gumpalan awan yang ada di tengah lautan.

Sementara itu langit semakin gelap, seperti suasana hari saat beranjak menuju malam. Suasana begitu mencekam. Gumpalan awan itu kiniseperti menyelimuti dan akan menerkam seluruh daerah yang ada disana. Gumpalan awan itu berpusat di tengah lautan, disaksikan oleh semua orang yang berdiri mematung karena keheranan dan penuh rasa penasaran.

***

Tiba-tiba hujan berhenti berjatuhan. Tinggalah kini genangan air yang bergerak di jalan itu karena beberpa kendaraan masih berlalu lalang. Sementara kerumunan orang-orang kini berada di pinggir pantai. Ombak yang menabrak bebatuan itu mulai berangsur menjadi pelan.

Orang-orang yang menyaksikan awan di tengah laut itu terkesima. Keajaiban dan akeanehan yang belum pernah terlihat sebelumnya. Mereka kini tidak takut lagi. Karena rasa penasaran dan ingin tau mereka begitu besar untuk menyaksikan semunya. Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi setelah itu.

Gelombang yang semula bergerak cepat di lautan itu kini telah hilang. Hanya bergerak dan tidak berupa ombak yang besar seperti sebelumnya. Air laut mulai menjadi tenang. Sementara langit masih tertutup awan yang berpusat di tengah laut itu.

Kilatan petir dan suara halilintar sudah tidak terdengar lagi. Begitupun dengan suara deburan ombak sudah tidak ada lagi. Kini suasana begitu hening, namun warga yang menyaksikan keanehan itu tidak ada yang bersuara. Semuanya berdiri mematung, beberapa diantaranya terlihat mengucapkan doa-doa sebisanya. Dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

***

Dalam keheningan itu, perlahan-lahan terlihat sesosok cahaya putih. Tepat di bawah pusat gumpalan awan hitam yang disaksikan itu. Cahayanya  sangat terang, namun tidak meyilaukan. Suasana kian sunyi, warga menyaksikan semuanya dengan terpesona dan sangat kagum. Karena cahaya  putih itu  terlihat sangat indah.

Samar-samar mulai nampak sesosok putri berada ditengah cahaya putih itu. Warga semakin terkesima dengan apa yang dilihatnya. Putri itu terlihat dengan jelas menunduk, sepertinya dia menangis dan merasakan kesedihan yang sangat.

Dari bawah laut itu kemudian bermunculan sinar seperti sebelumnya, terlihat mengelilingi putri yang sedang menunduk itu. Mereka terlihat seperti dayang-dayang yang biasa berada disekitar Putri. Mereka juga sama menunduk dan terlihat sangat bersedih.

Putri dan dayang itu kini dapat dilihat dengan jelas oleh semuanya. Putri itu kini mengangkat wajahnya. Menghadap tepat ke arah warga yang menyaksikan di pantai Boulevard. Putri itu terlihat begitu cantik, walupun terlihat bersidih tapi masih terlihat sangat mempesona.

“Aku adalah Putri Sangir. Aku adalah pendahulu kalian. Aku dan leluhur kalian yang lainnya banyak yang tinggal dalam lautan”

Putri itu berkata dengan suara yang sangat merdu. Suaranya begitu menggema, terdengardengan jelas. Suara putri itu dapat di dengar oleh semua yang menyakskan di pinggir pantai. Putri kemudian terlihat akan berkata lagi. Warga semakin terpesona dengan semua kejadian yang dilhatnya.

“Kami sejak dulu banyak yang tinggal disini, di dalam laut di sekitar Bunaken. Tapi kalian yang ada di daratan begitu serakah. Hingga kami tidak merasa nyaman lagi tinggal disini. Aku tidak berkuasa memarahi dan menghukum kalian. Tapi ingat! Aku tidak rela jika semua yang kami cintai ini menjadi tidak berarti lagi. Mulai saat ini kami tidak akan tinggal lagi disini.”

Setelah putri berkata itu. Kemudian dengan cepat dia menjadi cahaya putih lagi. Ddalam sekejap cahaya itu terbang ke angkasa. Begitupun dengan para dayang yang mengelilingi putri. Mereka menjadi cahaya dan dengan cepat terbang ke atas langit. Kemudian begitu banyak lagi cahaya-cahaya yang mengikuti putri pergi ke atas langit.

Beberapa saat kejadian itu berlangsung. Hingga akhirnya tidak ada lagi cahaya yang terbang ke atas langit. Dan seketika itupun. Pulau yang terlihat seperti gunung itu perlahan mulai bergerak. Pulau itu perlahan-lahan terlihat turun kedalam laut. Pulau itu adalah pulau Bunaken yang dengan jelas terlihat dari tempat warga menyaksikan semunya.

Perlahan namun pasti, pulau Bunaken semakin tengelam. Tinggallah kini terlihat Pulau Manado Tua, yang berada di samping kanan pulau Bunaken.

“Ayo yang punya perahu kapal kesana. Pasti banyak penghuni Bunaken yang membutuhkan pertolongan!”

Tiba tiba seseorang berteriak, spontan terlihat beberapa orang mulai sibuk keluar dari kerumunan. Mereka yang bergerak tergesa itu adalah orang yang memiliki kapal penyebrangan dan kapal pribadi, yang di simpan di pelabuhan dekat pasar Bersehati.

Dengan segera kapal kapal yang ada disana dihidupkan mesinnya. Dan segera menuju ke Bunaken yang telah tenggelam, untuk menyelamatkan penghuni Bunaken.

****

Hari menjelang malam. Semua warga Bunaken kini telah berada di Manado. Tangis dan kesedihan diantara mereka terlihat begitu mendalam. Karena semua harta miliknya yang ada di pulau tersebut telah tenggelam. Tanah dan rumah mereka telah hilang di telan lautan.

Beruntunglah tidak ada korban jiwa. Mereka kini telah bersama keluarga dan sahabat yang lainnya. Mereka nampak kelelahan dan mulai menuju rumah saudara dan sahabatnya itu. Untuk menumpang beristirahat.

Beberapa diantaranya ada yang mengungsi di tempat beribadah. Karena tidak memilki sanak saudara disana. Mereka kebingungan, hingga akhirnya banyak bantuan datang dari warga sekitar. Bantuan itu berupa pakaian dan makanan alakadarnya. Sebagai sebuah kepedulian dan kebersamaan diantara mereka.

Malam itu pun mereka beristirahat, setelah menyaksikan kejadian yang sangat istimewa. Langit masih diselimuti awan hitam, namun tidak seperti sebelumnya. Karena kini, tidak begitu diselimuti awan hitam. Cahaya bulan sesekali terlihat samar dibalika awan. Cuaca memang sudah berangsur pulih. Gelombang di lautan pun sudah bergerak seperti biasanya. Tidak terlalu besar, tapi tidak terlalu hening seperti waktu kemunculan putri Sangir tadi.

***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun