Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Mengamankan Masa Depan lewat Tabungan Emas

25 Februari 2013   02:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:45 717 0
DAYA tarik emas tak lekang oleh waktu.Logam mulia itu terbukti mampu bertahan di tengah krisis. Kekuatan itu membuka peluang Gold Bullion Indonesia (GBI) untuk mengembangkan bisnis jual beli emas di Indonesia.

“Ini bukan investasi, tetapi tabungan. Kalau investasi itu sifatnya spekulatif. Berharap keuntungan besar. Kalau tabungan ya tidak,” tegas Presiden Direktur Gold Bullion Indonesia Md Fadzli Mohamed saat ditemui Media Indonesia di Jakarta, Selasa (19/2).

Fadzli menjelaskan sistem jual beli emas batangan yang dilakukan sepenuhnya berbasis pada aturan syariah Islam.

Klaimnya itu merujuk pada tiga hal dasar yang telah dipenuhi.

Aturan pertama ialah penyerahan emas dilakukan pada hari yang sama setelah pembeli melunasi pembelian. Kedua, semua transaksi yang terjadi dilengkapi perjanjian berbahasa Indonesia yang bersifat mengikat penjual secara sepihak.

Perjanjian itu menerangkan bahwa pihak penjual berjanji untuk membeli kembali emas yang telah diperjualbelikan jika nasabah menghendaki dan tidak berlaku sebaliknya.

Harga beli dari emas tersebut merujuk pada harga saat emas itu dijual kepada nasabah dan tak ada potongan apapun.

Terakhir, semua alur prosedur operasi standar perusahaan sudah disertifi kasi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) serta diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah.

“Jika dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura yang proporsi sistem ekonomi syariahnya mencapai kira-kira 50% dari total ekonomi, Indonesia baru menerapkan kurang dari 10%. Jadi, pasarnya masih luas,“ cetus Fadzli.Keputusan GBI untuk menerapkan sistem syariah tersebut didasarkan pada potensi pasar Indonesia yang berpopulasi muslim terbesar di dunia. Selain itu, barang yang diperjualbelikan memang diminati oleh masyarakat karena terbukti minim risiko.

Jika tabungan konvensional berisiko mengalami inflasi, nilai emas lebih stabil dan tidak pernah mengalami penurunan, malah cenderung lebih tinggi dari inflasi.

Daya beli emas juga terbukti stabil dan tak mengalami penurunan selayaknya uang kartal.
Jika dibandingkan dengan deposito, risiko menabung emas tidak ada dan tidak ada potongan ketika dijual kembali.
Berkembang pesat Nasabah juga memperoleh nilai tambah dengan atthoya (hadiah) sebesar 2,5% setelah dipotong pajak hadiah dari nilai jual emas pada saat pembelian setiap bulan atau 30% per tahunnya.

Kombinasi yang saling menguatkan ini mendorong bisnis perusahaan yang berdiri pada 20 Januari 2012 lalu itu berkembang pesat. Bahkan, bisnis ini menarik minat banyak kalangan nonmuslim, seperti yang terjadi pada investasi sukuk (surat berharga) di London, Inggris.

“Pada sembilan bulan pertama berjalan, sebanyak 3,5 ton emas sudah berhasil kami jual. Setahun ini kami rencanakan bisa menjual dobel. Kami rasa ini merupakan target yang realistis,” cetusnya.

Penguatan basis jaringan menjadi strategi utama dalam mencapai target. Fadzli merencanakan akan membuka tambahan 40 cabang lagi di beberapa kota di seluruh Indonesia untuk melengkapi 23 cabang yang telah berdiri sebelumnya.

Untuk mengelola cabangcabang tersebut, empat kantor regional yang berpusat di Jakarta, Surabaya, Makassar, dan Medan telah dipersiapkan sebelumnya. Infrastruktur komunikasi yang sudah tersedia di Indonesia dimanfaatkan untuk menunjang komunikasi sekaligus wujud transparansi kinerja perusahaan.

“Dengan sistem yang kami bangun, satu konsultan bisnis memungkinkan untuk beroperasi di seluruh kantor cabang GBI di Indonesia. Jadi, nasabah bisa saja membeli di cabang A, tetapi dia mengambil barang

di cabang B. Sistem ini juga beroperasi 24 jam sehingga setiap orang bisa memantau,” paparnya.Para bisnis konsultan yang diterjunkan juga dipersiapkan dengan mengikuti pelatihan wajib di GBI. Mereka diharapkan mampu menjelaskan produk yang ditawarkan kepada nasabah mereka dengan tepat. Dengan begitu, calon konsumen tidak merasa didesak untuk membeli produk yang ditawarkan, tetapi sepenuhnya berdasarkan kesadaran sendiri.

“Kami juga membuat jenjang manajemen yang slim,” sahut pebisnis yang berpengalaman sebagai pengelola dana itu.

Pemetaan pasar dalam mewujudkan target bisnis tak luput dari perhatian. Fadzli menyatakan bahwa pasar terbesar bisnis tabungan emas syariah memang masih didominasi oleh kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Makassar, dan Medan. Namun, kota lapis kedua, seperti Aceh dan Lombok, NTB, berpotensi bisnis yang besar. Begitu pula dengan Balikpapan, Kalimantan Timur, yang meski populasinya sedikit, tetapi sumber daya yang dimiliki berlimpah.

Mereka kemudian mencari pengalihan sumber daya yang sudah dieksploitasi dengan komoditas yang lebih pasti.

Dengan pencapaian itu, wajar jika mereka memenangi penghargaan sebagai The Best Precious Metals Trading Company of the Year pada Indonesian Creativity Award 2013 dan The Most Trusted Company of The Year. (Din/S-25)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun