Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Belajar Anti Korupsi Kepada Umar Bin Khattab

12 Maret 2018   15:11 Diperbarui: 12 Maret 2018   15:21 1105 2

Jadi, upaya preventif untuk mencegah korupsi sama pentingnya dengan upaya represif. Meskipun banyak koruptor yang sudah dijebloskan ke penjara oleh KPK, tetapi praktik korupsi ini tetap berjalan. Mengapa ? Karena hal ini sudah terlanjur berurat dan berakar dalam sistem birokrasi kita. Korupsi baru akan berakhir jika ada perubahan karakter dari sistem birokrasi kita. Dari birokrasi koruptif menuju birokrasi yang jujur. Sebagaimana cuplikan kisah di bawah ini.

Pada suatu hari, Khalifah Umar ibn Khaththab menjumpai anaknya yang sedang memegang sekeping uang perunggu. Karena merasa tidak pernah memberi, Umar bertanya, "Darimana kamu peroleh uang itu?".

"Dari Abu Musa Al-Asy'ari,"Jawab sang anak sambil menyerahkan uang itu kepada Ayahnya. Ketika itu Abu Musa Al-Asy'ari ditugasi memegang jabatan selaku pemegang Baitul Mal, perbendaharaan negara.

Bergegas Umar Mendatangi Abu Musa. "Betulkah engkau memberi anakku sekeping uang perunggu?"tanya Umar menghardik.
"Benar, Amirul Mukminin,"jawab Abu Musa agak berdebar-debar.
"Ceritakan asal-usul uang itu."

"Tadi pagi, saya menghitung pemasukan Baitul Mal. Seluruhnya terdiri dari uang emas dan perak serta sekeping uang perunggu itu. Semua uang emas dan perak sudah saya bukukan. Oleh karena uang perunggu itu tidak seberapa harganya, dan hanya satu-satunya, apa gunanya saya catat dalam buku? Jadi saya berikan kepada anak engkau, sekedar untuk membeli kue-kue kecil."

Umar naik pitam. "Tidakkah kau lihat anak-anak lain daripada anak Umar yang lebih membutuhkannya? Sesungguhnya, anak seorang prajurit rendahan yang berjuang melawan pasukan Romawi di garis depan jauh lebih mulia dibandingkan anak Umar, seorang khalifah yang hanya memerintahkan tentaranya berperang dari kamar tidurnya, "kata Umar sambil mencampakkan uang perunggu di hadapan Abu Musa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun