Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Pilihan

Antar Gratis ke Gua Pindul

12 Januari 2014   10:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:54 444 2

Mas, arah Gua Pindul ke mana ya ?” tanyaku pada seorang remaja yang sedang mencuci sepeda motor kesayangannya di halaman rumah.

“Diantar dulu, Nak. Cuci motornya dilanjutkan nanti saja, ” kata Sang Ayah yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah.

“Saya antar sekarang, Pak, “ kata anak itu mengamini permintaan Sang Ayah. Remaja yang berusia belasan tahun itu lalu bergegas menaiki sepeda motor yang belum selesai dicuci tadi demi mengantarkan rombongan kami ke Gua Pindul.

Cerita di atas bukan kisah fiksi melainkan kisah nyata yang terjadi diKecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul. JikaAnda melewati sepanjang jalan yang menghubungkan wilayah Karangmojo dan Wonosari, Anda akan menemui banyak spanduk yang bertuliskan “ANTARGRATIS KE GUA PINDUL”.

Semula saya meragukan kebenaran dari spanduk itu. Tetapi, kisah nyata tadi membuktikan bahwa spanduk yang bertebaran di tepi jalan itu tidak bohong. Di tempat yang tak ada spanduk ini pun, tetap berlaku “ANTARGRATIS KE GUA PINDUL”. Semua warga di sekitar Gua Pindul begitu tulus, ikhlas, dan penuh semangat mengantar siapa pun untuk berkunjung ke Gua Pindul. Inilah kearifan budaya lokal yang lahir, tumbuh dan berkembang di era millennium.

Inilah rahasianya

Gua Pindul terletak di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul. Gua Pindul merupakan obyek wisata yang lahir dari, oleh, dan untuk rakyat. Gua Pindul pertama kali dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdawis) pada tanggal 30 Juni 2010.

Kelompok Sadar Wisata ini diberi nama DEWA BEJO. “ Artinya, Desa Wisata Bejiharjo, tutur Subagyo ketua Pokdawis Dewa Bejo. Menurut Subagyo, ketika didirikan pertama kali hanya beranggotakan sebelas orang. “Sekarang jumlah anggota kami mencapai angka seribu orang, “kata Subagyo menjelaskan. Pengurus awal ketika didirikan adalah Subagyo, Suwijo, Suratmin, Paryo, dan Pramuji.

“ANTARGRATIS KE GUA PINDUL” merupakan salah satu bentuk kearifan lokal untuk mempromosikan destinasi wisata asli produk rakyat Desa Bejiharjo ini. “Pengantar memang kami larang meminta uang dari wisatawan. Pengelola akan memberikan fee sepuluh persen dari harga tiket masuk yang diperoleh, “ terang Subagyo.

“Bagaimana jika ternyata wisatawan yang diantar tidak jadi masuk ke Gua Pindul, “tanya saya.

“Itu sudah resiko, Mas. Sebagai wujud pembelaan kepada desanya. Karena setiap tahun Gua Pindul mampu memberika pemasukan kepada kas desa sebesar tujuh puluh lima juta rupiah, “pungkas Subagyo.

Apakah keikhlasan untuk mengantar gratis ini sekedar bermotif 10 % tadi ? Tentu tidak. Pembelaan kepada “tanah air dan tumpah darahnya” lah yang melahirkan kearifan lokal ini. Karena ketika pariwisata desa maju, maka kehidupan masyarakat pun akan turut mengalami kemajuan.

Bahkan menurut rekan saya, Agung pustakawan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Gunungkidul, dari Kota Yogyakarta pun mereka tetap mau antar gratis. Hebatkan!!!!.

Untuk itu sudah seharusnya, kearifan lokal ini juga dipublikasikan oleh Indonesia Travel melalui situs  www.indonesia.travel.Agar kearifan lokal yang tidak berbau mitos ini bisa menjadi etos untuk mempromosikan obyek wisata lainnya di tanah air.

Gua Pindul merupakan wisata Gua dan tebing yang baru dibuka secara resmi pada awal tahun 2011. Gua Pindul dengan panjang sekitar 300 meter ini dibagi menjadi tiga zona, yaitu : zona terang, zona remang, dan zona gelap abadi.

Untuk menyaksikan pemandangan indah dalam Gua, wisatawan harus menggunakan alat penelusuran pelampung dan ban karet. Dengan tiket yang cukup murah Rp 30.000, Anda akan diajak berenang oleh dua orang pemandu wisata menyusuri aliran sungai bawah Gua yang berkedalaman kurang lebih tujuh meter. Air sungai ini akan selalu ada baik dalam musim kemarau maupun musim hujan karena berasal dari sumber mata air bawah tanah yang muncul di permukaan.

Aktivitas semacam ini jarang ditemui di obyek wisata lain bahkan di seluruh dunia, karena hanya daerah yang memiliki kawasan kars yang bisa melakukan seperti ini.

Pindul berasal dari “jarwo dhosok” Bahasa Jawa “Pipi Kebendul”.Kisah Gua Pindul berawal dari peristiwa pembuangan bayi olehutusan Panembahan Senapati. Sebelum dibuang, sang jabang bayi dimandikan di dalam sebua Gua. Saat dimandikan pipi sang bayi terbentur (kebendhul) dinding Gua. Karena itu Gua ini dinamakan Gua Pindul. Singkatan dari Pipi Kebendhul.

Anda yang memiliki hobi wisata petualangan sangat cocok untuk dating ke sini. Selain Gua Pindul, Anda bisa menikmati penyusuran Sungai Oyo yang berhiaskan tebing-tebingyang sangat indah dan alami. Rute yang dilalui cukup panjang menempuh jarak kurang lebih 5 km.

Di tengah perjalanan wisatawan disuguhi berbagai macam atraksi antara lain melompat dari ketinggian 15 m. Penelusuran Sungai Oyo ini harus menggunakan jaket pelampung dan ban.

Tak jauh dari Gua Pindul, masih ada Gua Glatik. Rintangan di dalam Gua Glatik sangat berat. Wisatawan harus merangkak kurang lebih 15 m dan juga kandungan oksigen di dalam Gua sangat minim. Puluhan ribu kelelawar menunggu di dalam Gua.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun