Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Puisi | Semenjak Itu....

9 Juni 2019   21:26 Diperbarui: 9 Juni 2019   21:28 66 2
Entah kapan Kuda dan Poni bersua
Hingga sepakat berkubang asmara
Jalan diterabas dipanggul dengkul
Melati dipetik dijadikan bubur

Semenjak itu....
Kepulan asap tak henti-hentinya merayap. Diantara balai-balai bambu, selimut baumu, karet gelang ibumu bahkan bekas liur nenekmu.

Semenjak itu....
Bau badanmu menjadi satu bercampur derai tawa keberlanjutan. Siapa yang untung?
Kuda berlaku sembrono membiarkan Poni tergelak-gelak. Ini sebuah petaka? Bukan! Ini romantisme bercawat kadal.

Semenjak itu....
Kuda Poni butuh asupan. Setan gentayangan memukuli kepala mereka. Tak berkesudahan pada semua malam.

Poni merasa menjadi pengantin. Harum kain penutup tubuh di obral sejumput rasa. Jadilah genderang pengumuman ditabuhkan.

Kuda melesat meninggalkan asmaraloka. Melewati padang gersang berjuntai akar rotan belantara hutan. Tiarap bersembunyi.

Semenjak itu....
Poni tersedak nafsu kebodohan. Tangisnya berlayar melewati rerimbun semak, berlarian hinggapi bukit barisan. Kumandang terang memenuhi pojokan.

Semenjak itu...
Hilanglah akal hilanglah badan. Pintalan asanya hangus terbakar sampai ajal.

Semenjak itu....
Poni merintih keenakan.





*Solo, 9 Juni 2019

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun