BANGSA ini sedang kasak-kusuk dengan persoalan kekerasaan atas nama radikalisme agama dan kepercayaan. Di dunia maya, pasca aksi teror Paris (13/11/15) berujung di Sarinah (14/01) yang menewaskan orang-orang tak bersalah, debat kusir, saling balas-membalas komentar, disertai dengan hujatan, umpatan, hingga ‘membawa-bawa’ seluruh isi kebun binatang adalah menu paling ‘sedap’. Entah memakai akun palsu atau akun asli, kekerasan berbasis SARA dan intolerasi seakan mendapat tempat yang pas. Dunia maya adalah persemaian intolerasi. Sarkasisme tumbuh paling subur. Ini adalah kecemasan kita bersama. Negara mesti waspada. Terorisme yang sesungguhnya. Bagai simpton, dan bukan tidak mungkin, kecamukan dunia nyata adalah muaranya.
KEMBALI KE ARTIKEL