Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Artikel Utama

Ke Pulau Komodo, Tidak untuk Wisatawan Lokal

6 Mei 2015   17:18 Diperbarui: 29 Agustus 2020   08:25 527 10

 

GERIMIS belum berhenti sungguh. Pagi menyisahkan dingin sejak semalam suntuk. Kota Ruteng dibalut kabut kurus. Sepi, bak kota tanpa penunggu. Hening, menyambut sakral Jumat Agung nan kudus. Dan orang-orang berjalan tunduk, menuju lapangan Motang Rua khusuk. Tanpa suara meribut. Segenap jemaat menyeduh.

Waktu tidak selalu menunggu. Kami bergegas berpacu. Membela umat berarak menyatu, ketika sedang bersiap Jalan Salib sendu. Sepeda motor menderu. Sembari melawan suhu dingin Kota Ruteng yang menggebu, ke Labuan Bajo kami menuju.

Tepat pukul 8.00 pagi sudah senduk mengaduk di rumah makan Kota Lembor. Kami sarapan pagi. Sejenak melenturkan pinggang yang kaku. Setelah dua jam perjalanan ditempuh. Ditambah kopi hangat dan sebatang jarum mengepul. Seakan semangat kembali bergayuh. Tidak lupa, teman saya mengambil kamera. Berdiri di samping rumah makan, ia menjepret pelangi yang sedang melengkung di atas sawah petani lembur di hari libur Jumat kudus itu.

Mentari perlahan tegak membujur. Subuh pun telah udzur. Sepeda motor kami siap lagi menderu. Melepas dan melaju, di antara hamparan sawah Lembor mendayu kian jauh. Bidik lensa tetap dipandu. Memotret padi-padi sawah yang berdiri menguning dan anggun. Sekali lagi, dengan petani lembur di hari libur. Siap bekerja meski terik tak terukur. Mereka mungkin tidak tahu harga beras sedang ‘tidak tahu malu’, seturut mau para tengkulak korup. Meski di Lembor padi tetap melumbung.

Kami berlalu. Jalan lurus selepas hamparan sawah kuat memacu. Tiba-tiba saja roda sepeda motor saya berdiri kaku, dihadang kambing tak tahu malu, menyeberang jalan seenak mau. Hampir saja saya rubuh, tertimpa sepeda motor buntut. Untung, keseimbangan masih kuat teguh. Hingga saya tidak sempat mencium aspal hitam mulus.

Dua jam, kira-kira Labuan Bajo lagi ditempuh. Enam puluh kilometer harus dilalui. Jalan tidak lagi lurus, berkelok-kelok, serasa memutar di tempat yang sama. Bosan dan menjenuh. Namun daun-daun jati berbaris melambai seru. Alam hutan tropis bersahut, membangkitkan semangat untuk tetap memburu, meski keringat peluh.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun