Peristiwa Salib selalu menampilkan adegan kekerasan yang teramat ngeri bagi seorang Anak Manusia. Peristiwa Salib juga menyiratkan kepada kita bahwa pada hakikatnya, kematian-Nya adalah tanda Ia cinta pada kita. Semua yang manusia rasakan sebagai pengalaman eksistensial, juga turut dirasakan Yesus. Seruan, "Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku " dan "Aku Haus" membuktikan akan hal ini. Kesepian dan rasa haus itu Yesus rasakan di titik paling nadir dalam hidup-Nya. Dalam situasi ini, layaknya manusia lain, Yesus pasrah secara penuh pada kehendak Bapa. Katanya, "Ya Bapa, ke dalam tanganMu ke serahkan nyawaku". Yesus tiba di batas akhir untuk menyelesaikan tugas perutusan-Nya. Dia patut kita jadikan teladan.Â
KEMBALI KE ARTIKEL