Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Berapa Tarifmu?

28 Mei 2013   10:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:55 269 2
“Tarifnya untuk dinner saja Rp 2 juta.” Maharani mengirim SMS kepada Ahmad Fathanah.

“Saya tak mau dinner. Ramai dan terlalu banyak orang. Kalau minta lebih dari dinner berapa?” balas Fathanah.

“Tarifnya Rp 10 juta. Apakah Bapak juga ingin ditemani teman saya yang ketemu di Senayan City?” Maharani kembali membalas.

“Tidak” SMS Fathanah meluncur.

Begitulah se-cuplik adegan dalam “sinetron politik” bertajuk PKS vs KPK yang santer diberitakan media bulan-bulan terakhir. Sebenarnya, saya agak malas membahas ini karena terlalu bernuansa politik. Lagipula, kami di ISD tidak doyan politik.

Supaya tidak melebar kemana-mana. Oleh karena itu, kita batasi saja pembahasannya pada nona Maharani.

Saya percaya, bahwa pada seburuk-buruk tindakan manusia, pasti masih ada sisi positif yang bisa di jadikan pelajaran.

Lihat saja nona Maharani dengan contoh diatas. Tarif perempuan "biasa-biasa saja" ini adalah Rp 2 juta untuk dinner dan Rp 10 juta untuk dinner++. Padahal, kalau melihat wajah dan body-nya, jujur saja, saya rasa Fatanah membayarnya terlalu mahal. Mungkin Fatanah tidak melakukan riset pasar terlebih dahulu.

Tapi, suka atau tidak suka, Maharani telah menunjukkan salah satu tindakan yang sangat profesional. Dia berani menetapkan harga! Berani menetapkan harga adalah "sesuatu" bagi penjual, dan "sesuatu" bagi pelanggan. Terlepas apakah harga tersebut kemahalan atau tidak.

Mari bandingkan ARGO-nya Maharani dengan orang-orang yg masih "have no idea" mengenai berapa mereka menghargai “waktu dan diri” mereka sendiri. Tipikal orang-orang yang “have no idea” ini sangat mudah dikenali. Mereka biasanya hidup SERBA CUKUP.

Bila uang belanja kurang, mereka CUKUP ngelus dada. Anak minta sekolah, CUKUP geleng-geleng kepala. Tetangga naik haji, beli mobil, tour ke luar negeri, mereka CUKUP ngeliatin aja. Begitulah hidup yang “serba cukup”.

Tentu saja, mereka yang “berke-cukup-an” juga ingin merubah nasib. Seringkali mereka berdoa siang dan malam. Dan seringkali pula, mereka cukup berdoa, tapi lupa berusaha. Ada juga yang berdoa dan berusaha mati-matian, tapi tidak pernah berani menentukan tarif.

Kembali kita bandingkan dengan tarif nona Maharani. Sebagian besar orang bisa saja berdalih : “ya jelas toh, DAGANGAN-nya khan beda. Pantes bila dia dapet argo kuda.”

Ayolah.. Bukankah Oom Tukul dan Kakang Mario Teguh punya argo yang lebih “kuda” dari pada non Maharani? Dan sudah jelas, jenis dagangan mereka beda, meskipun sama-sama basah. Tukul dan Mario Teguh basah di mulutnya. Sedangkan non Maharani, basah di tempat yang tidak bisa saya sebutkan.

Lalu gimana supaya bisa dibayar pake argo kuda kayak non Maharani? Ya tentu saja dengan berdoa dan berusaha. Namun, sebelum berdoa dan berusaha, ketahui dulu jumlah tarif Anda.

Bila jumlah tarif ini telah Anda ketahui, Anda tinggal bekerja dengan memberi “lebih” daripada jumlah tarif Anda saat ini. Lakukan seperti itu terus menerus, maka lama-lama tarif Anda akan meningkat dengan sendirinya. Trust me, it’s works..!

Siapa tahu, sekian tahun lagi tarif Anda dihitung pake argo kuda. Atau malah dihitung pake argo gledek, karena saking mahalnya.

Jadi, sekarang berapa tarif Anda?

---------

http://www.e-training.ga

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun