Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Saya Ingin Nyantet

12 Februari 2010   02:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:58 1801 1
[caption id="attachment_72607" align="alignleft" width="150" caption="Ilustrasi doang kok. Tapi agak mirip dengan kejadian aslinya."][/caption] Coba mengungkap "kearifan lokal" melalui dunia ilmiah. Santet dan kawan-kawannya, menurut saya bukanlah "ilmu hitam". Dan terus terang, saya ingin NYANTET (plesetan dari kata: nyantri). Saya ingin sekali bisa menguasai salah satu ilmu yang nyeleneh tersebut. Ilmu yang tidak masuk di akal, tidak masuk logika. Bukan karena apa, tapi saya yakin tiap ilmu macam itu bisa di ilmiahkan dan bisa digunakan untuk hal-hal yang baik. Ambillah contoh ilmu santet, yang katanya bisa memindahkan silet, paku, gunting bahkan laptop dalam perut seseorang. Hah..? Laptop? Beneran tuh? LAPTOP ?! Soal laptop yang pindah ke perut orang itu emang bener. Seorang kawan tiap 25 menit mendadak kejang-kejang seperti terkena ayan. Dibawa ke dokter, ternyata dokter nya mengatakan sehat walafiat! Alhasil, kami pun bertanya pada sang kawan asal muasal kejadian itu. Singkat cerita, sang kawan rupanya pernah berhubungan intim layaknya suami istri dengan seorang gadis asal pulau dewata. Si gadis hamil, dan sang kawan kabur tanpa mau bertanggung jawab. Selang seminggu dari kabur nya sang kawan dari tanggung jawab itulah, ayan dengan durasi tepat 25 menitan mulai menjadi teman kehidupannya. Mengetahui hal tersebut, maka kami pun membawa sang kawan ke seorang paranormal yang konon terkenal mampu menyembuhkan yang aneh-aneh semacam ini. Paranormal tersebut bersedia mengobatinya, namun dengan syarat yang membuat kami kebingungan mendapatkannya. Syarat tersebut adalah kembang 7 rupa (ini masih gampang), dan ayam cemani asli (ayam berbulu hitam, bermata hitam, berdarah hitam) yang harganya naudzubillah muuuaaahalnya.. Untuk membelinya, dibutuhkan nol sebanyak 7 kali dibelakang angka (baca: puluhan juta rupiah). Gak sebanding sama dagingnya yang cuman secuil! Maklum, itu ayam sama sekali jauh dari kata montok apalagi gemuk. Tulangnya aja kelihatan menonjol dimana-mana. Hehehe.. Selang sebulan, kami berhasil mendapatkan si ayam cemani dan membawa barang yang diminta ke paranormal tersebut. Tentu saja sang kawan juga ikut serta. Masak, tokoh utamanya gak ikut..? Hehehe.. Setelah serangkaian upacara biasa saja, yang sama sekali tidak mirip seperti di sinetron-sinetron itu, klimaks pun dimulai. Sang kawan disuruh berbaring telentang bertelanjang dada. Perutnya diusap oleh paranormal, kemudian tangan paranormal di benamkan ke perut. Perutnya terbuka! Persis kayak orang dioperasi. Usus sang kawan sedikit menyembul, yang menyebabkan dia pingsan seketika. Bukan karena sakit, tapi karena kaget liat usus sendiri. Teman saya yang lain juga muntah dengan suksesnya. Saya sih cuman berusaha tegar dan kuat sambil ngerokok tanpa putusnya. Berharap tidak ikut muntah atau pingsan. Seandainya saya bisa "sulap" semacam itu, pasti bisa ngalahin Dedy Corbuzier atau Romi Rafael. Hehehe.. Itu yang saya pikirkan setelah teman saya sembuh. Oh ya, kejadiannya mirip gambar diatas. Tapi kondisi ruangannya gak gelap gitu, malah terang benderang kok. Kembali ke cerita. Begitu tangan si Paranormal di keluarkan dengan perlahan, mulai tampaklah penyebab ayan sang kawan. Sebuah laptop Toshiba 14 inchi terbungkus plastik putih bersimbah darah. Dikeluarkan dengan perlahan tapi pasti. Begitu laptop berhasil keluar semua, perut diusap dan menutup kembali. Tanpa bekas luka secuilpun! Sang paranormal bingung dengan isi perut sang kawan. Maklum, biasanya dia mengambil paku, beling, silet, atau paling mahal ya obeng. Kali ini dia mendapat durian runtuh berupa laptop. Toshiba pula..! Saya yang saat itu tidak punya laptop aja sampai ngiri.. Hwahaha.. :D Ternyata kawan saya ayan karena screen savernya di setel tiap 25 menit. Pantesan, kalo tidur dia gak ayan..! Hwahahaha.. Oh ya, laptopnya tidak diberikan ke saya, tapi dipakai hadiah buat si paranormal. Duit sang kawan habis buat beli cemani.. Hwahahaha.. :) Hal ghaib yang saya lihat bukan hanya itu saja. Pernah liat duit sekarung? Dihamburin begitu saja, seolah tak berharga! Saya pernah! 100 ribuan semua. Seorang kuli batu yang "membuat" uang tersebut. Begini ceritanya: Waktu saya masih bego, dan ingusan, serta masih punya status mentereng "mahasiswa". Saya diajak ke lokasi proyek oleh pakde saya. Dia bercerita bahwa ada seorang anak buahnya yang "pinter". Proyek ini juga bisa berjalan dengan tenang dan lancar karena adanya dia, si kuli batu. Di depan si anak buah yang berstatus kuli batu tersebut, segala permasalahan "teknis" langsung lewat! Saya sih cuman tersenyum aja sambil mikir, masak di jaman modern begini masih percaya yang begituan? Paling juga dibohongin nih pakde saya. Awas kalo ketahuan saya..! Batin saya menjerit begitu. Saat di lokasi proyek, mulailah ketegangan dengan pengawas yang merasa "jatah"nya kurang. Si kuli batu yang kebetulan lewat dan mendengar ketegangan antara pengawas dan pakde saya ikutan nimbrung. Tentu saja dia membela pakde saya, yang notabene di pihak yang benar, dan jadi boss-nya. Langsung dia labrak si pengawas proyek "Butuh duit piro se sampeyan? Gak perlu Pak Ed sing bayar, ben aku ae!" (Terjemahan: Butuh duit berapa sih kamu? Gak perlu pak Ed yang bayar, biar saya saja!) Segera dia sobek-sobek kantung semen bekas, di jadiin kecil-kecil, diremas, lalu dibanting di depan si pengawas. "Iki, pek en kabeh!" (terjemahan: Nih, ambil semua!) bentaknya. Kertas sobekan dari kantung semen tersebut mendadak menjadi duit 100rebuan!! Si Pengawas terbelalak. Pakde saya diem. Dan saya ngucek-ngucek mata, berusaha memastikan bahwa mata saya masih OK. Segera saya ambil selembar uang tersebut. Saya bawa keluar bedeng (tempat menginap pekerja), lalu dengan gaya ilmuwan profesional mencoba mengecek keaslian uang tersebut. Dilihat, diraba, diterawang! Diamput...! Duitnya asli...!!! Sekali lagi saya katakan: A - SE - LI...!!! Nalar saya tidak setuju, logika saya tetep misuh. Kuliah saya seolah tak berarti.. Rumus Hazen-Williams dan persamaan integral seolah satu demi satu angkat kaki. Minggat dengan takzimnya melalui lobang telinga. Hiks.. hiks..  T_T Tapi.. tangan saya dengan sigap memasukkan duit tersebut dalam saku celana. Aman..! Sedangkan mata melihat ke si pengawas yang melolong minta maaf, dan berulang kali berkata kalau dia tidak bermaksud menyinggung perasaan si kuli dan pakde saya. Balik lagi ke inti artikel ini. Cak Nun alias Emha Ainun Najib dalam sebuah diskusi pernah menyimpulkan bahwa sesungguhnya bangsa kita lebih hebat daripada orang eropah atau kaum barat lainnya. Karena bangsa kita telah mampu menguasai ilmu yang tidak kasat mata, yang seringkali tidak dapat dijelaskan dengan segala rumus kimia dan fisika. Cak Nun pun menggunakan nama baru berupa "kearifan lokal" untuk menyebut dan menggeneralisasikan kata-kata semacam santet, tenung, sihir, dan kawan sejenisnya. Hanya saja kebanyakan orang memandang negatif terhadap kearifan lokal ini. Padahal tidak ada ilmu yang jelek, atau membawa mudharat. Yang ada, adalah ilmu yang disalah gunakan. Saya setuju dengan kesimpulan diskusi Cak Nun tersebut. Lha wong saya juga ikutan diskusi itu, ya jelas saya setuju dong dengan kesimpulannya.. Hehehe..:D Bila saya bisa menguasai ilmu santet, tentu saya gunakan untuk bisnis. Bukan untuk mencelakai orang. Bukankah santet adalah ilmu memindahkan barang. Paku, silet, dan barang murahan lainnya dipindah ke perut seseorang. Jadi pasti bisa dong buat mindahin barang dari surabaya ke jakarta dalam tempo kurang dari 5 menit. Nanti saya dirikan PT. Santet Kilat Cargo Tbk. Dengan motto "5 menit pasti sampai", dijamin bikin rontok DHL, atau Fed Ex sekalipun. Permasalahannya kini, orang antipati dengan ilmu semacam ini. Dianggap hitam, tabu, dosa. Padahal yang bilang seperti itu, saya jamin tidak pernah mempelajari santet. Kalau ada kompasianers yang punya kenalan tukang santet, atau emang beneran tukang santet mohon ijinkan saya untuk belajar. Biar bisa nularin ilmunya. Biar saya bisa meng "ilmiah" kan warisan "kearifan lokal" ini. [caption id="attachment_72612" align="alignright" width="97" caption="Nyantet ilmiah.. hwahaha.."][/caption] Lho.. Emang bisa di ilmiahkan? Kenapa kok harus di ilmiahkan? Tak percaya bahwa ilmu ini bisa di ilmiahkan? Cobalah tengok pada sejarah. Sebelum jaman renaisance di eropah sering terjadi wabah penyakit pes. Wabah ini sering dikaitkan dengan dukun atau tukang sihir yang mendendam pada penduduk suatu desa. Padahal hanya diakibatkan oleh tikus yang berkeliaran tak karuan di lumbung gandum, serta bebas beranak pinak dengan riang gembira. Tak terhitung berapa banyak wanita yang dibakar karena dianggap tukang sihir. Karena pes. Karena tikus. Bila bisa di ilmiahkan, tentu saja dunia barat tak akan lagi memandang remeh bangsa ini. Bukti bahwa ilmu paling mumpuni, tak terikat dengan hukum fisika dan kimia, ternyata telah dikuasai bangsa ini sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Tak ada lagi orang yang dibakar hidup-hidup, diburu dan di bacok ramai-ramai karena "dianggap" dukun santet. Berbagai kemudahan didapatkan dengan gratis, tanpa teknologi masa kini yang cuma membawa kekayaan bangsa ke kantong bangsa lain. Bisa dibayangkan bila ilmu telepati bisa di ilmiahkan juga? Handphone akan menjadi kenangan jaman batu.. [caption id="attachment_72614" align="aligncenter" width="119" caption="Handphone Telepati.. :D"][/caption] Bayangkan bila ilmu kebal di ilmiahkan? Tentara bangsa ini tak perlu buang duit buat latihan strategi. Pokoknya serang bleh..! Lalu bila santet bisa di ilmiahkan? Harga jual produk Indonesia bisa ditekan serendah mungkin, karena ongkos kirim hampir mendekati 0 (baca: nol). DHL bangkrut. Fed Ex klepek-klepek. Dan China megap-megap karena di banjiri produk murah dari Indonesia. Jadi.. Saya ingin Nyantet. Note: * tulisan ini tidak serius tapi serius. ** kedua cerita di atas adalah pengalaman pribadi saya. *** semua gambar di tulisan ini bukanlah dokumen pribadi saya. Suerrrrr...! Soalnya saya ambil di Google kok.. :D www.pt-integra.ga | www.etraining.space

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun