[caption id="attachment_199301" align="aligncenter" width="300" caption="Yang "Elit" Dapat Kawalan "Elit". (nasional.news.viva.co.id)"][/caption] Tulisan yang akan mengulas lebih jauh tentang "
Jokowi itu Abu Bakar Baasyir (Tesis-Antitesis)" ini bersifat "bebas nilai" tanpa adanya "titipan" dan/atau "paksaan" dari pihak manapun, tapi hanya berdasar pengamatan penulis yang notabene adalah "
Wong Solo" terhadap fenomena sosial lingkungan sekitar, khususnya di seputaran Solo.
Jokowi dan Abu Bakar Baasyir itu "Wong Solo" Judul tulisan "
Jokowi itu Abu Bakar Baasyir (Tesis-Antitesis)" sebenarnya dirasa kurang tepat secara ilmiah, karena Abu Bakar Baasyir itu telah lebih dulu mengawali karirnya sehingga disebut "
Tesis", sementara Jokowi itu baru lahir belakangan sehingga disebut "
Antitesis", tapi tak apalah, silakan pembaca membaliknya sendiri, sehingga menjadi "
Jokowi itu Abu Bakar Baasyir (Antitesis-Tesis)", atau "
Abu Bakar Baasyir itu Jokowi (Tesis-Antitesis)", atau juga bisa dengan bingkai pemikiran alternatif lainnya, yaitu "
Jokowi Vs Abu Bakar Baasyir" yang sekali lagi dilihat dari sudut pandang "
Tesis-Antitesis". Kedua tokoh tersebut menjadi menarik untuk disimak dan dikaji secara ilmiah manakala sama-sama “lahir” dan besar di kota yang notabene adalah
Kota Sumbu Pendek ataupun
Kota Eksperimen (Percobaan). Orang banyak tahu bahwa Jokowi itu lahir di RS Brayat Minulyo, Solo pada
21 Juni 1961 atau 51 tahun yang lalu (menurus situs Jakartabaru.co.), dan mengawali karir politiknya pada tahun 2005 (usia 44 tahun) sebagai Walikota Surakarta, dari sebelumnya yang hanyalah seorang pengusaha biasa. Abu Bakar Baasyir bin Abu Bakar Abud (Abdus Somad), meski lahir di Jombang pada 17 Agustus 1938 (kini 74 tahun), namun ia “lahir dan besar” secara pergerakan sebagai seorang tokoh agama nasional maupun internasional, dari Solo. Bersama Abdullah Sungkar, Baasyir turut mendirikan Pesantren Al-Mukmin di Ngruki Sukoharjo, Solo, pada 10 Maret 1972 (usia 34 tahun). Agama Vs Politik (Tesis-Antitesis #1) Meski Agama sempat mengalami masa kejayaan (keemasan) mulai Abad 1 Masehi ataupun juga mulai Abad 1 Hijriah (7 Masehi), namun kemunculan Era Pencerahan “Renaisans” di Eropa (Barat) pada sekitar abad 15-16, dan disusul dengan Revolusi Industri sekitar abad 18-19 telah mengawali babak baru atau tatanan dunia baru yang berlandaskan Sekularisme (Politik & Ekonomi Sekuler), hingga saat ini.
KEMBALI KE ARTIKEL