Di senja yang merona, aku duduk di tepian jendela rumah peninggalan orangtuaku. Rumah kuno dengan arsitektur semi Belanda-Jawa yang tetap kupertahankan keasliannya. Ah, atau itu alasanku saja karena selain demi merawat kenangan bersama orangtuaku dan saudara-saudaraku di masa tumbuh kami, aku juga tidak memiliki cukup uang untuk merenovasi rumah ini. Bahkan sekedar mengganti atap genting tanahnya yang sudah banyak yang bocor.
KEMBALI KE ARTIKEL