Saya sangat tertarik dengan sebuah pikiran yang saya pada editorial media online muslim kemarin, madinaonline. Judulnya “
Keberanian Dua Lukman”. Dua Lukman yang dimaksud adalah Lukman Hakim Syarifudin, Menteri Agama kita, dan Lukman Sardi, aktor yang “membelot menjadi kafir”. Lukman yang pertama dianggap berani karena pernyataannya agar umat muslim pun perlu menghormati orang yang tidak berpuasa, karenanya warung makan pun boleh-boleh saja dibuka di siang hari. Lukman kedua karena berani mengumumkan kemurtadannya di bulan suci umat Islam Ramadhan ini. Namun, saya tidak hendak mengulas lagi secara panjang lebar tentang dua bentuk keberanian tersebut, yang sebetulnya bukan keberanian dalam dunia demokrasi yang normal, tetapi pada pandangan penulis artikel tentang makna berpuasa.
KEMBALI KE ARTIKEL