Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi Pilihan

Penayangan 1000 Nama Korban di New York Times Setara dengan Cover Buku Yasin?

25 Mei 2020   07:18 Diperbarui: 25 Mei 2020   08:26 222 12
Halaman depan The New York Times tepat di hari lebaran Idul Fitri hari ini melansir 1000 nama-nama korban meninggal akibat Covid-19 yang merupakan bagian satu persen dari sekitar 100.000 korban meninggal Covid-19 yang diprediksi akan segera dialami oleh Amerika Serikat.Sebagai judul dari daftar korban meninggal ini mereka menuliskan tajuk " U.S. DEATH NEAR 100,000, AN INCALCULABLE LOSS". Setelah judul tersebut, diteruskan dengan tulisan pengantar yang mengajak pembaca untuk merenungkan sikap keprihatinan atas banyaknya orang yang harus jadi korban pandemi Covid-19 saat ini.

"Sebanyak 1.000 orang di sini adalah satu persen dari total korban. Tidak ada yang hanya angka," tulis New York Times dalam pengantar singkat artikel tersebut.

Lalu apa artinya dari rilis tayangan khusus daftar nama korban-korban meninggal Covid-19 tetsebut?

Boleh jadi apa yang dilakukan New York Times ini sama dengan kekhawatiran para tenaga kesehatan dan tenaga medis Indonesia atas fenomena munculnya tagar #IndonesiaTerserah.

Bisa jadi New York Times galau atas sikap dan kebijakan Presiden Donald Trump yang menekan para gubernur negara bagian untuk mulai membuka wilayahnya masing dari karantina yang dilakukan.

Sepertinya Presiden Donald Trump ingin mengabaikan banyaknya jumlah korban yang terus berjatuhan demi menggerakan kembali perekonomian yang tengah terpuruk.

Trump tetap menyebut kebijakan itu sebagai "Transisi Menuju Keagungan" seperti juga yang diungkapkannya saat membuka lockdown AS, Trump nampaknya ingin semua gubernur negara bagian untuk mematuhinya.

Melalui pemuatan berita unik tersebut, New York Times seakan menjewer Presiden Trump agar tidak memandang jumlah korban-korban tersebut sebagai angka statistik semata. Pasalnya New York Times melihat bahwa bertambahnya jumlah korban-korban yang berjatuhan tersebut sama artinya dengan bertambahan kerugian yang tak bernilai bangsa Amerika Serikat atas sumber daya manusia mereka yang potensial.

Pasalnya, diantara 1000 daftar korban tersebut, mereka adalah orang-orang yang memiliki prestasi, jasa, talenta, sejarah maupun hal-hal yang bernilai lainnya bagi bangsa Amerika Serikat. Seperti yang dikutip kompas.com (24/5/2020) AFP melansir bahwa diantara 1.000 korban yang terpampang di koran mereka tersebut, antara lain ada "Joe Diffie, 62, Nashville, bintang musik country yang memenangkan Grammy". Kemudian "Lila A Fenwick, 87, New York City, perempuan kulit hitam pertama yang berhasil lulus dari Jurusan Hukum Universitas Harvard". Lalu "Myles Coker, 69, New York City, dibebaskan dari penjara", "Ruth Skapinok, 85, Roseville, yang disukai oleh burung di halaman belakang". Terdapat juga "Jordan Driver Haynes, 27, Cedar Rapids, Iowa, pemuda yang baik dengan senyum menawan" yang notabene merupakan orang-orang yang diharga secara sosial oleh masyarakat.

Melalui terbitan 1000 nama-nama korban meninggal covid-19 tersebut, New York Times juga menyatakan bahwa mereka bermaksud untuk turut mendokumentasikan jejak sejarah. Mereka berharap bahwa setelah 100 tahun ke depan, orang-orang akan menyaksikan dan merenungkan betapa banyak korban yang harus berjatuhan agar mereka semua bisa selamat dan bertahan hidup hingga masa tersebut.

Sepertinya kegelisahan dan peringatan melalui terbitan New York Times tersebut bisa disamakan dengan kegelisahan atas #IndonesiaTerserah yang digaungkan oleh para tenaga kesehatan dan tenaga medis Indonesia beberapa saat lalu yaitu kegelisahan atas sikap abai dan masa bodo dari beberapa kalangan masyarakat dan juga pihak pemerintahan yang lebih mengkhawatirkan nasib perekonomian dibandingkan dengan keselamatan nyawa masyarakat.

Jika dicarikan padanannya yang setara, pemuatan 1000 daftar nama-nama korban meninggal di halaman pertama dan kedua New York Times tersebut, mungkin bisa disamakan dengan kritik atau peringatan bahwa nama dan foto orang yang tak peduli terhadap protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona akan dimuat di cover depan buku Yasin.

Dimana seperti yang kita ketahui bersama, bahwa jika nama dan foto orang yang sudah dijadikan cover buku Yasin merupakan orang-orang yang sudah meninggal dunia. Hanya saja bedanya jika penayangan nama-nama orang di halaman New York Time berhasil menjadi perhatian dan dipahami maksudnya oleh warga dunia internasional, sedangkan peringatan ancaman pemuatan di cover buku Yasin hanya dipahami oleh mayoritas umat muslim Indonesia saja.

Namun pemuatan nama-nama korban seperti yang dilansir New York Times sebenarnya menarik dan pantas untuk dilakukan oleh semua media manapun di dunia ini. Setidaknya dengan penayangan nama-nama tersebut orang jadi berpikir bahwa korban tersebut adalah manusia yang mempunyai nama. Manusia dengan berbagai segala unsur eksistensinya seperti sejarah, perannya dalam kehidupan ini. Bukan sekedar angka-angka statistik yang kita lihat besar kecilnya, tinggi rendahnya atau naik turunnya semata. Bukan sekedar poin-poin dalam kurva yang harus dilandaikan puncaknya semata, namun para korban tersebut adalah keluarga, kerabat, saudara, sahabat, teman, kenalan atau seseorang yang memiliki makna bagi kita semua. Tabik.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun