Perbedaan pendapat mengemuka di tengah masyarakat mengenai naiknya harga BBM bersubsidi, pro-kontra terjadi hingga sebagian pihak mengeluarkan nada sentimen kepada pemerintahan Jokowi-JK seusai Presiden Jokowi mengumumkan kenaikan harga BBM pada Senin malam (17 November 2014). Demo pun pecah di tengah masyarakat yang banyak berujung dengan tindakan anarkis dari para mahasiswa yang menolak kenaikan harga BBM, sehingga memaksa kepolisian Republik Indonesia untuk melakukan “Siaga 1”. Pro-kontra pun terjadi di tengah masyarakat, berbagai sudut pandang dikemukakan baik di media televisi maupun di dunia maya. Namun berbagai pertanyaan muncul di dalam benak saya untuk melihat persoalan ini dari dua sisi. Apakah dengan kenaikan harga BBM,itu menandakan Jokowi tidak pro pada wong cilik? Apakah media sudah menyampaikan informasi yang real kepada masyarakat atau malah makin memperkeruh? Apakah harga BBM perlu dinaikkan disaat harga minyak dunia turun? Apakah mereka yang menolak kenaikan harga BBM yang mengatasnamakan sebagai pembela masyarakat wong cilik, memang benar sedang memperjuangkan masyarakat wong cilik? Siapa sebenarnya dalang yang menimbulkan derita pada masyarakat wong cilik?