Pengajaran sastra harus diarahkan ke ruang apresiatif. Akan tetapi, dalam aplikasi pembelajaran, yang sering terjadi justru "jauh panggang daripada api". Sejauh ini, yang sering dikejar adalah kecerdasan berlogika dan sering mengabaikan kecerdasan emosional. Pada pembelajaran sastra disekolah, harus diakui sebuah "kenyataan pahit" bahwa pembejaran sastra diera sebelumnya hanya aktivitas menghafal, mengerjakan soal, mencatat, dan mendengarkan ceramah. Padahal sastra akan sangat efektif membentuk kepribadian dan akhlak jika melalui apresiasi.
KEMBALI KE ARTIKEL