Bundaran HI bersanding dengan Monumen Nasional (Monas), Jembatan Semanggi, dan Wisma BNI 46. Keempatnya jadi icon Jakarta dan Indonesia pada era modern.
Beberapa alasannya:
- Monas: Lambang kota Jakarta, tempat rekreasi seluruh lapisan masyarakat, wisata edukasi di dalam bangunannya. (Artikel terkait: https://www.roelly87.com/2017/08/count-down-asian-games-2018.html)
- Bundaran HI: Tempat ngumpul masyarakat, baik saat beraktivitas dalam Hari Tanpa Kendaraan Bermotor, merayakan momen spesial seperti Malam Tahun Baru, hingga menyuarakan aspirasi.
- Jembatan Semanggi: Simpang paling popuper di Tanah Air, penunjuk arah bagi pengendara dari luar Jakarta untuk mencapai lokasi.
- Wisma BNI 46: Gedung paling ikonik di penjuru nusantara. Meski tidak lagi menyandang status bangunan tertinggi di Indonesia, tapi Wisma BNI 46 lebih populer karena bentuknya yang ga sekadar kotak dibanding gedung lainnya.
(Artikel terkait: https://www.kompasiana.com/roelly87/5509ef87a333116c7b2e3b97/menelusuri-jejak-7-patung-bersejarah-di-jakarta?page=all#sectionall)
Kalo di luar negeri, seperti Menara Eiffel di Paris, Prancis, Patung Liberty (New York, Amerika Serikat), Big Ben (London, Britania Raya), hingga Menara Kembar Petronas (Kuala Lumpur, Malaysia).
Sebagai ojek online (ojol), bagi saya Bundaran HI merupakan kawasan yang menarik. Alasannya, tentu karena di area ini banyak orderan.
Baik itu antar penumpang, makanan hingga paket atau barang. Itu karena di kawasan ini terdapat beberapa pusat perbelanjaan ternama, berbagai gedung perkantoran baik pemerintah maupun swasta, hingga ruang singgah untuk naik atau turun angkutan umum.
Itu meliputi Stasiun Moda Raya Terpadu Jakarta (MRT) dan Halte Bus Raya Terpadu (BRT) Transjakarta. Tak jauh dari kawasan ini, kurang dari satu kilometer arah selatan, ada zona integrasi transportasi publik Dukuh Atas.
Yaitu, Stasiun Sudirman Baru yang melayani Commuter Line serta Kereta Ekspres Bandara Soekarno-Hatta, dan Stasiun Lintas Rel Terpadu Jabodebek (LRT).
(Artikel terkait: https://www.roelly87.com/2017/08/ubahjakarta-mrt-jakarta-bekerja-bersama.html)
Nah, terkait Bundaran HI, posisinya yang strategis dan sangat potensial membuat dua perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) turut memberikan Exclusive Naming Right. Yaitu, hak penamaan eksklusif yang dijual kepada perusahaan, baik swasta, BUMD Â atau BUMN.
Dimulai pada 2023 lalu dengan PT Transportasi Jakarta memberikannya kepada PT Astra Internasional untuk halte ikonik di Jalan M.H. Thamrin, tersebut. Alhasil, tempat naik dan turun penumpang itu bertambah namanya jadi Halte Bundaran HI Astra.
Setahun berselang, PT MRT Jakarta memberikan Exclusive Naming Right kepada Bank DKI. Kini namanya jadi Stasiun MRT Bundaran HI Bank DKI.
Sebelumnya, Bank DKI juga bekerja sama dengan PT Transportasi Jakarta terkait hak penamaan ekslusif. Yaitu menjadi Halte Senayan Bank DKI yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman.
Di sisi lain, Astra sudah lebih dulu bermitra dengan PT MRT Jakarta untuk Exclusive Naming Right. Yaitu, Stasiun MRT Setiabudi Astra yang diumumkan 2019 silam bersama tiga perusahaan lainnya.
Nah, terkait pemberian hak nama eksklusif untuk halte dan stasiun di Bundaran HI, ini bagi saya sangat membingungkan. Sebab, ini seperti suatu brand atau merek ditimpa brand.
Itu karena HI merupakan akronim Hotel Indonesia. Penginapan bintang lima yang masuk kategori cagar budaya karena sudah dibuka sejak 1962 silam.
Pada 2009 lalu, namanya berganti jadi Hotel Indonesia Kempinski Jakarta yang dikelola PT Djarum dengan mengajak Kempinski, perusahaan jaringan hotel mewah asal Swiss.
Jadi, apa korelasinya?
Yupz, saya menulis artikel ini berawal dari info di Twitter (X) pada 5 Oktober lalu.
-Btw, saya lebih enak nulisnya twitter ketimbang X apalah gitu-
Tepatnya, saat akun TXT Transportasi Umum mencuit, "MRT Jakarta : Stasiun Bundaran HI Bank DKI ".
Saya pun turut nimbrung dengan komentar, "kenapa ga Stasiun Tugu Selamat Datang Bank DKI ya? lebih resmi. secara, meski lebih populer, tapi Bundaran HI kan merek/brand, kesannya aneh, udah nama hotel + bank..." (Sumber: https://x.com/roelly87/status/1842649320853803345?t=2qBtTG1_VH9PkAXXp3LGTw&s=19)
Dalam tautannya, ternyata ada beberapa warganet yang turut mempertanyakan Exclusive Naming Right tersebut. Ya, branding ditimpa branding.
Menurut hemat saya, lebih bijak kalau penggunaan kata Bundaran HI dalam hak penamaan eksklusif bisa diganti. Misalnya, jadi Tugu Selamat Datang, Monumen Selamat Datang, Patung Selamat Datang, atau Air Mancur Selamat Datang.
Toh, nama resmi yang tertulis dalam beberapa laman pemerintah, bukan kata Bundaran HI. Melainkan disematkannya Selamat Datang, baik itu pada tugu, monumen, hingga patung:
- https://badansertifikasikadindkijakarta.or.id/tampil_tips-197-monumen-selamat-datang.html
- https://esi.kemdikbud.go.id/wiki/Tugu_Selamat_Datang
- https://gni.kemdikbud.go.id/pameran-virtual/poros/karya/monumen-selamat-datang
- https://dprd-dkijakartaprov.go.id/20-patung-dan-monumen-cagar-budaya-di-jakarta/
- https://indonesia.go.id/ragam/budaya/politik/sejarah-perjalanan-bekal-bangsa-hadapi-tantangan-zaman
- https://x.com/DKIJakarta/status/1733063114718134320?t=zyLdaf0XtyxHXwJtKyrdMg&s=19
- https://dprd-dkijakartaprov.go.id/beberapa-hal-identik-dengan-kota-jakarta/
* Â Â Â * Â Â Â *